Total Pageviews

Thursday, April 9, 2015

Isoterm Freundlich

ADSORBSI ISOTERM FREUNDLICH
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan besarnya tetapan adsorbsi isoterm freundlich
2. Mempraktikkan konsep mol
B. DASAR TEORI
Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
1.    Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2.    Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorbsi.
Adsorbsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana adsorbent adalah merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon, sedangkan adsorbant adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air buangan proses adsorbsi adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika dan kimia yang sulit dibedakan, namun tidak akan mempengaruhi analisa pada proses adsorbsi. Absorbsi adalah proses adhesi yang terjadi pada permukaan suatu zat padat atau cair yang berkontak dengan media lainnya, sehingga menghasilkan akumulasi atau bertambahnya konsentrasi molekul molekul. (Soedarsono dan Benny Syahputra, 2005).
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yng berikatan secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya.
Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini meliputi karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur (Djatmiko et al. 1985 dalam Januar Ferry 2002). yang mempunyai luas permukaan dan jumlah pori sangat banyak (Baker 1997).
 Manes (1998) mengatakan bahwa karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan (Roy 1985). Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter 250 nm), dan makropori (diameter >50 nm) (Baker 1997)
Setyaningsih (1995) membedakan karbon aktif menjadi 2 berdasarkan fungsinya, yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon): Jenis arang ini digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat pada karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa melewatinya. Karbon aktif jenis ini dapat ditemui pada karbon tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair (liquid-phase carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari karbon aktif ini adalah makropori yang memungkinkan molekul berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi.
Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas permukaan karbon aktif dengan penghilangan hidrokarbon. Ada dua macam aktifasi, yaitu aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam karbon dalam H3PO4, ZnCl2, NH4Cl, dan AlCl3 sedangkan aktivasi fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti udara, uap air atau CO2.
    Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan sebagai:
    x/m= k. Cn .........................................................................................................(1)
dalam hal ini :
    x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
    m = jumlah adsorben (gram)
    C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
 k dan n = tetapan, maka persamaan (1) menjadi :

    log x/m = log k + n log c ................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Labor Kimia Fisika,2011)

Isoterm Freundlich
    Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah :

            x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
    Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben (anonim,2008).

C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
a. Buret
b. Bulp
c. Labu Erlenmeyer
d. Labu Ukur
e. Corong
f. Gelas kimia
g. Kertas Saring
h. Pipet Volume
I. Pipet tetes
j. Statif dan Klem
2. Bahan:
a. NaOH 0,1 M
b. Asam Oksalat 0,3 M
c. Arang aktif
d. Indikator PP
D. PROSEDUR KERJA
1. Standarisasi Larutan Asam Oksalat
a. Diencerkan asam oksalat 0,3 M menjadi 0,2; 0,1; 0,05; 0,01; 0,005 M. 
b. Dipipet 10 ml asam oksalat dari setiap konsentrasi dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
c. Diberi indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,1 M
d. Dicatat volume masing-masing NaOH yang digunakan.
2. Penentuan Adsorbsi Isoterm Freundlich
a. Ditimbang 0,5 gram arang aktif dan ditambahkan 50 ml asam oksalat dari
masing-masing konsentrasi. 
b. Diaduk mengunakan stirer selama 10 menit dan disaring.
c. Dimasukkan kedalam erlenmeyer dan dititrasi dengan NaOH 0,1 M hingga
berubah warna menjadi merah. 
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1
No.
Konsentrasi asam oksalat (kira-kira)

Konsentrasi asam oksalat sebenarnya

Konsentrasi NaOH standar

Volume asam oksalat yang digunakan dalam titrasi

Volume titrasi

Konsentrasi asam oksalat sesudah dicampur dengan arang aktif
1
0,3 M
0,3 M
0,1 M
10 ml
21,7 ml
0,1085 N
2
0,2 M
0,3 M
0,1 M
10 ml
16,5 ml
0,0825 N
3
0,1 M
0,3 M
0,1 M
10 ml
5,2 ml
0,026 N
4
0,05 M
0,3 M
0,1 M
10 ml
15,5 ml
0,0775 N
5
0,01 M
0,3 M
0,1 M
10 ml
2 ml
0,01 N
6
0,005 M
0,3 M
0,1 M
10 ml
0,2 ml
0,001 N

Tabel 2
No
Konsentrasi asam oksalat + arang aktif
Log C
X ( mol asam oksalat )
X/m
Log X/m
1
0,1085 M
-0,9645
1,085 mol
2,17 gr/mol
0,3364
2
0,0825 M
-1,0835
0,825 mol
1,65 gr/mol
0,2174
3
0,026 M
-1,5850
0,26 mol
0,52 gr/mol
-0,2839
4
0,0775 M
-1,1106
0,775 mol
1,55 gr/mol
0,1903
5
0,01 M
-2
0,1 mol
  0,2 gr/mol
-0,6989
6
0,001 M
-3
0,01 mol
0,02 gr/mol
-1,6989

Perhitungan:
A. Sebelum absorpsi  Sesudah adsorpsi
a. Asam Oksalat 0,3 N    a. Asam Oksalat 0,3 N
        V1 N1 = V2 N2                   N  = M x Valensi
10 mL.N1 = 21.7 mLx0,1 N  0,217 = M x 2
            N1= 0.217 N                  M = 0,1085 M

b. Asam Oksalat 0,2 N    b. Asam Oksalat 0,2 N
V1 N1 = V2 N2                           N = M x Valensi
10 mL .N1= 16,5 mL.0,1 N  0,165 = M x 2
N1= 0,165 N                              M = 0,0825 M

c. Asam Oksalat 0,1 N    c. Asam Oksalat 0,1 N
V1 N1 = V2 N2                          N = M x Valensi
10 mL .N1=5,2 mL. 0,1 N   0,052 = M x 2
N1= 0.052 N                             M = 0.026 M

d. Asam Oksalat 0,05 N   d. Asam Oksalat 0,05 N
V1 N1 = V2 N2                          N = M x Valensi
10 mL .N1=15,5 mL.0,1  N 0,155 = M x 2
N1= 0,155 N                             M = 0,0775 M

e. Asam Oksalat 0,001 N    e. Asam Oksalat 0,001 N
V1 N1 = V2 N2                            N = M x Valensi
10 mL .N1= 2 mL. 0,1 N         0,02 = M x 2
N1= 0,02 N                                 M = 0,01 M

f. Asam Oksalat 0,005 N    f. Asam Oksalat 0,005 N
V1 N1 = V2 N2                             N = M x Valensi
10 mL .N1= 0,2 mL. 0,1 N     0,002 = M x 2
N1= 0,002 N                                M = 0,001 M

B. Log C
1. Log 0,1085 = -0,9645
2. Log 0,0825 = -1,0835
3. Log 0,026 = -1,5850
4. Log 0,0775 = -1,1106
5. Log 0,01 = -2
6. Log 0,001 = -3

C. X (mol asam oksalat)
[Mol = M x V]
1. Konsentrasi 0,3 M
Mol = 0,1085 mol/ml.10 ml
       = 1,085 mol
2. Konsentrasi 0,2 M
Mol = 0,0825 mol/ml.10 ml
       = 0,825 mol
3. Konsentrasi 0,1 M
Mol = 0,026 mol/ml.10 ml
       = 0,26 mol
4. Konsentrasi 0,05 M
Mol = 0,0775 mol/ml.10 mol
       = 0,775 mol
5. Konsentrasi 0,01 M
Mol = 0,01 mol/ml.10 ml
       = 0,1 mol
6. Konsentrasi 0,005 M
Mol = 0,001 mol/ml.10 ml
       = 0,01 mol

D. X/m
1. 1,1085 mol / 0,5 gr = 2,17 gr/mol
2. 0,825 mol / 0,5 gr = 1,65 gr/mol
3. 0,26 mol / 0,5 gr = 0,52 gr/mol
4. 0,775 mol / 0,5 gr = 1,55 gr/mol
5. 0,1 mol / 0,5 gr = 0,2 gr/mol
6. 0,01 mol / 0,5 gr = 0,02 gr/mol

E. Log X/m
1. Log 2,17 = 0,3364
2. Log 1,65 = 0,2174
3. Log 0,52 = -0,2839
4. Log 1,55 = 0,1903
5. Log 0,2 = -0,6989
6. Log 0,002 = -1,6989
Gambar kurva freunlich


F. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan pada praktek adsorpsi isoterm freundlich ini adalah dengan menggunakan larutan organic yaitu H2C2O4 dengan variasi 5 konsentrasi. Adsorben yang digunakan adalah arang yang telah diaktifkan sebelumnya.
Pada percobaan ini pengaktifan arang dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan suhu yang tinggi, hal ini dilakukan karena percobaan ini mengadsorbsi larutan organik (asam oksalat) sehingga pengaktifan dilakukan dengan suhu tinggi dan tidak sampai membara. Perlakuan ini dimaksudkan supaya arang tidak menjadi abu, dimana jika telah menjadi abu, arang tersebut tidak dapat lagi untuk menjadi absorben. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk membuka pori-pori permukaan dari arang agar mampu mengabsorpsi secara maksimal (mengabsorpsi asam oksalat).
Arang yang telah aktif digunakan untuk mengadsorpsi asam oksalat dengan variasi konsentrasi yaitu, 0,2 N; 0,1 N; 0,05 N; 0,001 N; 0,005 N diperoleh dari hasil titrasi dengan NaOH 0,1 M, asam oksalat yang dititrasi berasal dari sisa asam yang digunakan pada percobaan.
 Larutan asam oksalat mendapat dua perlakuan yang berbeda. Pertama (awal) asam oksalat yang murni, tidak mendapat perlakuan apa-apa, sedang yang kedua (akhir) ditambah dengan arang dan disaring. Kedua perlakuan ini dilakukan untuk membandingkan konsentrasi asam oksalat yang dicampurkan arang dan asam oksalat yang tidak diberikan perlakuan khusus yang nantinya akan sama-sama dititrasi dengan larutan baku NaOH 0.1 N dengan indikator phenolphtalein.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi asam oksalat sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam oksalat telah diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik dimana x/m diplotkan sebagai ordinat dan C sebagai absis.

G. KESIMPULAN
1. Dalam pengenceran semakin besar konsentrasi yang diinginkan semakin besar pula volume yang diperlukan untuk pengenceran.
2. Warna yang dihasilkan pada proses titrasi adalah merah.
3. Titrasi menggunakan larutan standar NaOH 0,1 N dengan indikator pp.
4. Arang dapat berfungsi sebagai adsorbsi.
5. Konsentrasi asam oksalat sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam oksalat telah diadsorpsi oleh arang aktif.

H. DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari,Dyah Pratama. 2006 Adsorpsi Surfaktan Anionik Pada Berbagai pH Menggunakan Karbon Aktif Termodifikasi Zink Klorida dalam Jurnal Kimia,Departeman Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Institut Pertanian Bogor.

Tim Dosen Kimia Fisika. 2012. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: FMIPA UNNES.

No comments: