Total Pageviews

Monday, November 23, 2015

Soal-soal Kimia Analisa Instrumen




1. Jelaskan istilah berikut!
a. Kromofor : gugus fungsi yang menyerap atau mengabsorbsi radiasi elektromagnetik di daerah panjang gelombang UV dan daerah cahaya tampak.
b. Sensitivitas : kemampuan alat atau metode analisa untuk menentukan konsentrasi.
c. Transmitansi : bagian cahaya yang diteruskan pada spektrofotometer.
d. Vibrasi fundamental : Vibrasi suatu molekul yang dapat dihitung dengan rumus 3n-5 untuk molekul linear dan 3n-6 untuk molekul tidak linear, dimana n adalah banyak atom.
e. Fundamental band : transisi dari v=0 ke v=1
f. Beam splitter : yang membagi sinar inframerah menjadi dua sinar.
g. Releasing agent / Protecting agent : zat kimia lain yang ditambahkan untuk melepaskan kation/anion pengganggu dari ikatannya dengan analit.
h. Fluoresensi resonansi : radiasi yang dipancarkan memiliki panjng gelombang yang sama seperti radiasi yang diserap.
i. Detection limit : jumlah atau konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya.
j. Ion suppessor : reagen/zat yang ditambahkan kedalam suspensi untuk mencegahnya gelembung udara ke material lain.
k. Fosforesensi : pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih lama (10-4 detik).

2. Tabel larutan standar Na
x konsentrasi L standar Na (ppm)
y absorbansi
S
0
0,0030
0,0012
0,5
0,0650
0,0036
1
0,1223
0,0045
2
0,2410
0,0073
4
0,4811
0,0102
8
0,9599
0,0157
* standar deviasi blanko = 0,0048
* regresi linier absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar didapat persamaan:
A kalkulator = 0,0030 dan B kalkulator = 0,1195
y = 0,0030 + 0,1195x
a. Sensitivitas m = 0,1195 ppm
Limit deteksi (cm): xm = 3,3 sbl/m
                                           = 3,3 0,0048/0,1195
                                           = 0,1325 ppm


































3. Spektrum molekul cenderung merupakan pita serapan karena suatu molekul bila dikenai radiasi elektromagnetik akan terjadi tumpang tindih posisi energi rotasi, vibrasi dan elektronik, sedangkan spektrum pada atom merupakan garis-garis serapan karena yang ada hanya energi elektronik.

4. a. Toluena : metode AAS
    b. Aluminium : metode AAS dan fluorometri.
    c. Piridin : metode spektrofotometer UV Vis karena memiliki ikatan rangkap.
    d. Kalium : metode AAS, AES karena termasuk golongan1
    e. Vanadium : metode SIV NMR dan FR-IR
    f. Etil asetat : metode spektrofotometer UV Vis karena memiliki ikatan rangkap.

5. 



6. Penjelasan: monokromator memiliki fungsi untuk memilih cahaya yang polikromatik menjadi cahaya yang monokromatik dengan panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada saat cahaya polikromatik masuk melalui entrance slit, cahaya dipantulkan sejajar oleh collimating mirror dan jatuh ke grating. Di grating, cahaya diuraikan menjadi panjang gelombang masing-masing, kemudian dipantulkan oleh focusing mirror. Apabila cahaya dengan panjang gelombang sesuai, maka cahaya akan keluar melalui exit slit.

7. Vibrasi ada 2 macam yaitu vibrasi renggangan (stretching) dan vibrasi bengkokan (bending).
a. Vibrasi renggangan merupakan perubahan panjang ikatanmenjadi lebih panjang atau lebih pendek namun tidak menyebabkan perubahan momen dipol (momen dipol 0) sehingga inframerah tidak aktif. Ada 2 vibrasi renggangan yaitu renggangan simetri dan renggangan asimetri.
b. Vibrasi bengkokan merupakan perubahan sudut ikatan yang pasti menyebabkan perubahan momen dipol sehingga inframerah aktif. Ada 4 vibrasi bengkokan yaitu vibrasi goyangan (rocking), vibrasi guntingan (scissoring), vibrasi pelintiran (twisting), dan vibrasi kibasan (wagging).












1. Jelaskan prinsip pemisahan GC!
Teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang bergantung pada rasio distribusinya.

2. Apakah gas pembawa itu? Sebutkan syarat-syaratnya!
Gas pembawa sebagai fase gerak digunakan untuk membawa solut ke kolom. Syarat-syaratnya:
a. Inert, agar tidak terjadi interaksi dengan pelarut
b. Murni, mudah didapat dan murah harganya
c. Dapat mengurangi difusi gas
d. Cocok untuk detektor yang digunakan

3. Sebutkan keuntungan penggunaan kapiler pada GC!
- kolom kapiler memberikan efisiensi yang tinggi
- memiliki ukuran yang sangat panjang, 20-30 meter
- menghasilkan pemisahan yang baik

4. Apa prinsip kerja detektor FID? Fungsi?
Prinsip kerja dari detektor FID yaitu terjadinya pembakaran sampel dengan menggunakan gas (udara dan hidrogen) sehingga dihasilkan ion-ion. Fungsinya untuk mengukur jumlah atom karbon.

5 . Syarat-syarat fase diam pada GC dan pendukung fase diam!
Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100º C di atas suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia.
Fasa diamnya dapat berupa suatu zat padat atau cairan terserap berupa lapisan yang tipis pada butir-butir halus suatu zat padat pendukung yang di tempatkan di dalam kolom.

6. Mengapa suhu kolom pada GC harus dikontrol?
Suhu harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom.

7. Jelaskan prinsip kerja KLT!
Prinsip kerjanya yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.

8. Apa saja keuntungan KLT?
- Hanya membutuhkan sedikit pelarut
- Biaya yang dibutuhkan terjangkau
- Jumlah perlengkapan sedikit
- Preparasi sampel yang mudah
- Dapat memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)

9. Sebutkan dan jelaskan macam-macam kromatografi berdasarkan interaksi antara fase diam dan fase geraknya!
1. Kromatografi adsorbsi
Pada jenis ini, senyawa yang dianalisa terbawa oleh fase gerak terikat karena adanya interaksi dipol dipol dengan permukaan fase diam yang bersifat padat.
2. Kromatografi Partisi
Kromatografi jenis ini menggunakan fase diam cair yang dilapiskan pada bahan pendukung padat (polimer / silika) sedangkan fase geraknya dapat berupa cair (liquid liquid chromatografi) ataupun gas (gas liquid chromatografi).
3. Kromatografi Pertukaran Ion
Seperti namanya kromatografi ini didasarkan adanya interaksi ion antar ion yang berada dalam fase gerak dengan ion yang berada dalam fase diam.
4. Kromatografi pasangan ion
Kromatografi jenis ini adalah pengembangan dari kromatografi partisi dan alternatif bagi kromatografi pertukaran ion.
5. Kromatografi pemeasi gel
Pada kromatografi ini fase diam yang digunakan adalah suatu bahan poros yang dapat dilalui fase gerak yang bersifat cair.

10. Bagaimana cara agar bercak dari substansi tidak berwarna yang digunakan pada kromatografi lapis tipis menjadi terlihat?
Secara fisika: Pencacahan radioaktif dan fluorosensi dengan sinar UV
Secara kimia:
- Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi secara kimia dengan solut yang mengandung gugus fungsional tertentu sehingga bercak menjadi berwarna.
- Mengamati lempeng dibawah lampu UV dengan panjang gelombang emisi 254 atau 366 untuk menampakkan solut.
- Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat / asam nitrat pekat lalu dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik yang akan nampak sebagai bercak hitam sampai kecoklatan.
- Memaparkan lempeng dengan uap iodium dalam chamber tertutup.
- Melakukan scanning pada permukaan lempeng dengan densitometer.

Kumpulan Soal Teknologi Batubara



Kumpulan Soal Teknologi Batubara

1. Jelaskan mengapa jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil, batubara mempunyai keunggulan yang besar?
Karena batubara memiliki sumber daya yang banyak dibanding bahan bakar fosil dan teknologi untuk membuatnya telah tersedia.
2. Apa yang dimaksud dengan karbonasi? Jelaskan mekanisme reaksinya!
Karbonasi merupakan proses konversi batubara yang bertujuan untuk meningkatkan kandungan karbon.
Proses karbonasi pada suhu rendah (500-700°C) untuk mensuplai gas untuk tujuan penerangan dan menghasilkan bahan bakar yang tidak berasap. Pada suhu tinggi (750-1500°C), hasil dari penguraian suhu tersebut adalah kokas untuk bahan bakar tanur dan bahan pereduksi.
3. Jelaskan perbedaan pencairan batubara langsung dan tidak langsung!
Pada pencairan batubara langsung, batubara diubah menjadi bahan bakar cair sedangkan pada pencairan tidak langsung, batubara diubah terlebih dahulu menjadi gas.
4. Jelaskan proses gasifikasi batubara!
Pembakaran tidak sempurna dari batubara dengan mengurangi pasokan oksigen untuk mengubah batubara padat menjadi gas.
5. Jelaskan proses pembriketan batubara dan jenis briket yang ada!
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif atau merupakan program pengganti minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secra massal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunkan relatif sederhana. 
Jenis briket: non karbonasi, berkarbonasi dan bio briket


1. a. Dalam analisa sample pada suatu badan pengujian batubara dikenal dengan analisa ASTM dan ISO. Apa yang anda ketahui tentang analisa tersebut dan bagaimana metode analisanya?
ASTM adalah sebuah lembaga non profit internasional yang menerapkan standar, metode tes, rekomendasi praktek hingga definisi atas sebuah material benda termasuk di industri teknologi informasi. Metode ASTM meliputi: Antrasit, Bituminuous, Sub-bituminuous, dan Lignit.
ISO adalah suatu asosiasi global yang terdiri dari badan-badan standarisasi nasional. Metode ISO meliputi: Hard coal dan Brown coal
b. Sebutkan dan jelaskan macam-macam moisture dalam batubara!
Macam-macam moisture:
- Free moisture adalah moisture yang datang dari luar, yang pada waktu batubara ditimbang, diangkat atau kehujanan.
- Residual moisture adalah sisa air yang terdapat dalam batubara setelah dihilangkan free moisturenya
- Total moisture adalah total kandungan air yang terdapat pada batubara yang berasal dari free moisture dan residual moisture.
c. Jelaskan apa itu Ash dan bagaimana dampaknya serta cara penanggulangannya (tinjau dari segi penggunaannya)!
Ash adalah bahan-bahan yang tidak terbakar setelah pembakaran sampel.
- Dampak dari Ash: Semakin tinggi kadar abu akan mempengaruhi tingkat pengotoran, keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
- Cara penanggulangannya adalah cara penanganan yang tepat dilihat dari segi penggunaan batubara.
2. a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan preparasi sample batubara dan tahapan-tahapan apa saja yang mendukung dalam proses preparasi sample?
Preparasi adalah perlakuan awal pada sampel yang disiapkan untuk analisa di laboratorium.
Tahap preparasi sampel:
- Pengeringan udara (Air Dying)
- Penghancuran (Crushing)
- Pembubukan (Milling)
- Penyimpanan (Storage)
b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode UBC serta apa kelebihan dan kekurangan dari metode UBC tersebut?
Metode UBC (Upgraded Brown Coal) merupakan proses peningkatan nilai kalori batubara berkalori rendah melalui penurunan kadar air lembab dalam batubara.
Kelebihan:
- meningkatkan kualitas batubara
- nilai kalori tinggi
- kadar air rendah
Kekurangan:
- kurang efektif
- waktunya lama
c. Apa kelebihan dan kekurangan briket batubara dan bagaimana cara mengatasinya?
Kelebihan:
- Lebih murah dibandingkan kerosin
- Tidak beresiko meledak/ terbakar
Kekurangan:
- Sulit dinyalakan
- Ketika sudah menyala, sulit dimatikan
Cara mengatasi:
Dengan menambahkan zat penyulut ke dalam campuran briket batubara.
d. Mengapa batubara perlu dikarbonasi, apa saja manfaatnya?
Untuk meningkatkan kandungan karbon pada batubara. Kokas yang dihasilkan digunakan untuk bahan bakar tanur dan bahan pereduksi.
3. Jelaskan istilah-istilah dibawah ini:
a. Fixed Carbon
Fixed carbon merupakan kadar karbon yang pada temperature penetapan volatile matter tidak menguap.
b. Presisi
Presisi adalah ukuran besaran keterikatan antara beberapa hasil uji.
c. Gross Sample
Gross Sample adalah suatu kumpulan yang mewakili lot / unit sampling atau gabungan dari beberapa increment.
d. Volatile Matter
Volatile matter/zat terbang, adalah bagian organik batubara yang menguap ketika dipanaskan pada temperature tertentu.
e. Ash Content
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, melainkan mengandung mineral matter. Namun sebagian mineral matter dianalisa dan dinyatakan sebagai kadar Abu atau Ash Content.


CALORIFIC VALUE
Calorific Value adalah nilai energi yang dapat dihasilkan dari pembakaran batubara.
Nilai kalori batubara dapat dinyatakan dalam satuan: MJ/Kg , Kcal/kg, BTU/lb.
Sifat-Sifat Nilai kalori Batubara
Nilai Kalori batubara bergantung pada peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat batubara, semakin tinggi nilai kalorinya.
Pada batubara yang sama Nilai kalori dapat dipengaruhi oleh moisture dan juga Abu. Semakin tinggi moisture atau abu, semakin kecil nilai kalorinya.

VOLATILE MATTER
Volatile matter/zat terbang, adalah bagian organik batubara yang menguap ketika dipanaskan pada temperature tertentu.
Volatile matter biasanya berasal dari gugus hidrokarbon dengan rantai alifatik atau rantai lurus. Yang mudah putus dengan pemanasan tanpa udara menjadi hidrokarbon yang lebih sederhana seperti methana atau ethana.
Kegunaan Volatile Matter
Volatile Matter digunakan sebagai parameter penentu dalam penentuan peringkat batubara.
Volatile matter dalam batubara dapat dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada saat dibakar.
Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah kadar volatile matternya.

ASH CONTENT
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, melainkan mengandung mineral matter. Namun sebagian mineral matter dianalisa dan dinyatakan sebagai kadar Abu atau Ash Content.
Mineral Matter atau ash dalam batubara terdiri dari inherent dan extraneous.
Inherent Ash ada dalam batubara sejak pada masa pembentukan batubara dan keberadaan dalam batubara terikat secara kimia dalam struktur molekul batubara
Sedangkan Extraneous Ash, berasal dari dilusi atau sumber abu lainnya yang berasal dari luar batubara.
Sifat – Sifat kadar Abu
Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis mineral matter yang dikandung oleh batubara baik yang berasal dari inherent atau dari extraneous.
Kadar abu relatif lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh karena itu Ash sering dijadikan parameter penentu dalam beberapa kalibrasi alat preparasi maupun alat sampling.
Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin rendah nilai kalorinya.
Kadar abu juga sering mempengaruhi nilai HGI batubara.
Kegunaan kadar Abu
Kadar abu didalam penambangan batubara dapat dijadikan penentu apakah penambangan tersebut bersih atau tidak, yaitu dengan membandingkan kadar abu dari data geology atau planning, dengan kadar abu dari batubara produksi.
Kadar abu dalam komersial sering dijadikan sebagai garansi spesifikasi atau bahkan sebagai rejection limit.

TOTAL MOISTURE
Total moisture biasanya ditentukan pada batubara mulai dari explorasi sampai transhipment. Nilainya sangat penting sekali, karena dalam penjualannya nilai TM sangat diperhatikan dan menentukan harga jual dari batubara tersebut selain berpengaruh pada nilai parameter-parameter lain dalam basis as received. Dalam explorasi, TM ditentukan untuk menaksir atau memperkirakan nilai TM batubara in-situ sekaligus untuk menentukan nilai surface moisturenya dari selisih antara TM dan EQM. Karena TM adalah jumlah dari EQM dengan Surface moisture. ( TM = EQM + SM ). Selain itu, nilai TM yang didapat dari sample core pada saat explorasi banyak digunakan oleh geologist-geologist untuk menampilkan data dalam basis as received pada saat batubara tersebut belum ditambang. Yang paling menentukan dalam penentuan TM ini adalah samplingnya. Dimana sesaat setelah sample batubara disampling sesegera mungkin sample tersebut harus dimasukan kedalam kontainer yang ditutup sangat rapat sehingga tidak ada moisture yang masuk ataupun keluar dari sample tersebut. Apabila ini terlaksana dengan baik maka nilai TM yang diperoleh dapat dianggap mewakili nilai moisture batubara yang diambil samplenya tersebut pada saat dan keadaan batubara tersebut disampling. Prinsip ini biasanya sulit terlaksana pada sample core dari sample Pit atau bor dalam, karena dari sample core tersebut masih ada beberapa data yang harus dicatat dan diamati. Sehingga sample tersebut tidak segera dapat dimasukan kedalam kontainer yang kedap udara sesaat setelah disampling. Selain itu pada saat pemboran biasanya menggunakan air selama coring dilakukan. Sehingga kontaminasi batubara tersebut oleh air yang bukan berasal dari batubara mungkin sekali terjadi. Oleh karena itu nilai TM tersebut menjadi tidak begitu reliable untuk menunjukan nilai TM batubara in-situ. Nilai TM yang diperoleh juga biasanya sangat fluktuatif nilainya.
Pada coal in bulk, nilai TM ini dipengaruhi oleh luas permukaan batubara (size distribusi ), juga oleh cuaca, sehingga nilai TM pada coal in bulk relatif fluktuatif seiring dengan keadaan cuaca atau musim dan size distribusi dari batubara tersebut terutama setelah di crushing.

FIXED CARBON
Fixed carbon adalah parameter yang tidak ditentukan secara analisis melainkan merupakan selisih 100% dengan jumlah kadar moisture, ash, dan volatile matter. Fixed carbon ini tidak sama dengan total carbon pada Ultimate. Perbedaan yang cukup jelas adalah bahwa Fixed carbon merupakan kadar karbon yang pada temperature penetapan volatile matter tidak menguap. Sedangkan carbon yang menguap pada temperature tersebut termasuk kedalam volatile matter. Sedangkan total carbon yang ditentukan pada Ultimate analysis merupakan semua carbon dalam batubara kecuali carbon yang berasal dari karbonat. Jadi baik hidrokarbon yang termasuk kedalam Volatile matter atau Fixed carbon termasuk di dalamnya. Penggunaan nilai parameter ini sama dengan volatile matter yaitu sebagai parameter penentu dalam klasifikasi batubara dalam ASTM standard. Serta untuk keperluan tertentu fixed carbon bersama volatile matter dibuat sebagai suatu ratio yang dinamakan fuel ratio (FC/VM).

Sifat-Sifat Fisik & Kimia Batubara
1) Sifat Fisik
Sifat fisik batubara tergantung kepada unsur kimia yang membentuk batubara tersebut, semua fisik yang dikemukakan dibawah ini mempunyai hubungan erat satu sama lain.
a) Berat jenis
Berat jenis (specific gravity) batubara berkisar dari 1,25g/cm3 sampai 1,70 g/cm3, pertambahannya sesuai dengan peningkatan derajat batubaranya. Tetapi berat jenis batubara turun sedikit dari lignit (1,5g/cm3) sampai batubara bituminous (1,25g/cm3), kemudian naik lagi menjadi 1,5g/cm3 untuk antrasit sampai grafit (2,2g/cm3). Berat jenis batubara juga sangat bergantung pada jumlah dan jenis mineral yang dikandung abu dan juga kekompakan porositasnya. Kandungan karbon juga akan mempengaruhi kualitas batubara dalam penggunaan. Batubara jenis yang rendah menyebabkan sifat pembakaran yang baik.
b) Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras atau lemahnya batubara juga terkandung pada komposisi dan jenis batubaranya. Uji kekerasan batubara dapat dilakukan dengan mesin Hardgrove Grindibility Index (HGI). Nilai HGI menunjukan nilai kekerasan batubara. Nilai HGI berbanding terbalik dengan kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI , maka batubara tersebut semakin lunak. Dan sebaliknya, jika nilai HGI batubara tersebut semakin rendah maka batubara tersebut semakin keras.
c) Warna
Warna batubara bervariasi mulai dari berwarna coklat pada lignit sampai warna hitam legam pada antrasit. Warna variasi litotipe (batubara yang kaya akan vitrain) umumnya berwarna cerah.
d) Goresan
Goresan batubara warnanya berkisar antara terang sampai coklat tua. Pada lignit, mempunyai goresan hitam keabu-abuan, batubara berbitumin mempunyai warna goresan hitam, batubara cannel mempunyai warna goresan dari coklat sampai hitam legam.
e) Pecahan
Pecahan dari batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam sifat memecahnya. Ini dapat pula memeperlihatkan sifat dan mutu dari suatu batubara. Antrasit dan batubara cannel mempunyai pecahan konkoidal. Batubara dengan zat terbang tinggi, cenderung memecah dalam bentuk persegi, balok atau kubus.
2) Sifat Kimia
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan senyawa penyusun dari batubara tersebut, baik senyawa organik ataupun senyawa anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Karbon
Jumlah karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan peningkatan derajat batubaranya. Kenaikan derajatnya dari 60% sampai 100%. Persentase akan lebih kecil daripada lignit dan menjadi besar pada antrasit dan hamper 100% dalam grafit. Unsur karbon dalam batubara sangat penting peranannya sebagai penyebab panas. Karbon dalam batubara tidak berada dalam unsurnya tetapi dalam bentuk senyawa. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah karbon yang besar yang dipisahkan dalam bentuk zat terbang.
b) Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berangsur-angsur habis akibat evolusi metan. Kandungan hidrogen dalam liginit berkisar antara 5%, 6% dan 4.5% dalam batubara berbitumin serta sekitar 3% smpai 3,5% dalam antrasit.
c) Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara merupakan oksigen yang tidak reaktif. Sebagaimana dengan hidrogen kandungan oksigen akan berkurang selam evolusi atau pembentukan air dan karbondioksida. Kandungan oksigen dalam lignit sekitar 20% atau lebih, dalam batubara berbitumin sekitar 4% sampai 10% dan sekitar 1,5% sampai 2% dalam batubara antrasit.
d) Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik yang terbentuk sepenuhnya dari protein bahan tanaman asalnya jumlahnya sekitar 0,55% sampai 3%. Batubara berbitumin biasanya mengandung lebih banyak nitrogen daripada lignit dan antrasit.
e) Sulfur
Sulfur dalam batubara biasanya dalam jumlah yang sangat kecil dan kemungkinan berasal dari pembentuk dan diperkaya oleh bakteri sulfur. Sulfur dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam beberapa hal sulfurnya bisa mempunyai konsentrasi yang tinggi. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu :
• Sulfur Piritik (piritic Sulfur)
Sulfur Piritik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur yang terdapat dalam makrodeposit (lensa, urat, kekar, dan bola) dan mikrodeposit (partikel halus yang menyebar).
• Sulfur Organik
Sulfur Organik biasanya berjumlah sekitar 20% - 80% dari total sulfur, biasanya berasosiasi dengan konsentrasi sulfat selama pertumbuhan endapan.
• Sulfat Sulfur
Sulfat terutama berupa kalsium dan besi, jumlahnya relatif kecil dari seluruh jumlah sulfurnya.

Hitung nilai konversi berikut!
1) 5600 kcal/kg = MJ/kg
5600 x 0.004187 = 23447 MJ/kg
2) 11000 Btu/lb = kcal/kg
11000 x 0,555 = 6105 kcal/kg
3) 50 MJ/kg = Btu/lb
50 x 429,923 = 21496,15 Btu/lb
4) 60000 Btu/lb = MJ/Kg
60000 x 0,002326 = 139,56 MJ/Kg
5) 55 MJ/Kg = kcal/kg
55 x 238,85 = 13136,75 kcal/kg
6) 15000 kcal/gr = Btu/lb
15000 x 1,8 = 27000 Btu/lb

Pengukuran Konsentrasi Ion Hidrogen (Pengukuran pH)



Pengukuran Konsentrasi Ion Hidrogen (Pengukuran pH)
I. Tujuan Percobaan
1.     Menentukan linieritas dan histerisis dari pH meter dan elektroda gelas
2.     Menghitung standar deviasi dari pH meter dan elektroda gelas
3.     Menghitung ketepatan dan ketelitian pengukuran pH dari pH meter dan elektroda gelas yang digunakan
4.     Menentukan waktu pembacaan pH yang tepat
II. Dasar Teori
pH adalah angka yang menunjukan derajat keasaman atau kebasaan dari suatu larutan. Pengukuran pH dapat dilakukan beberapa cara antara lain menggunakan kertas, zat warna dan yang saat ini umum digunakan adalah pH meter. pH meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang sangat tinggi. pH meter ini terdiri dari alat ukur dan sensornya yakni elektroda gelas. Sensor berfungsi mendeteksi jumlah konsentrasi ion hydrogen, yang kemudian dinyatakan dalam bentuk beda potensial sedangkan pH meter mengubahnya dalam satuan pH. Untuk mengetahui benar tidaknya pengukuran pH, kita perlu mengetahui ketelitian dan ketepatan alat ukur serta sensor dari pH. Saat ini pengukuran pH tidak lagi menggunakan zat warna atau kertas, tetapi sudah menggunakan elektroda yakni elektroda gelas yang menghasilkan potensial berkaitan dengan konsentrasi ion hydrogen. Hubungan tersebut dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
E = Ea  +  0,000198 T (pH –pHr)
Dimana :
pHr = pH larutan yang terdapat didalam elektroda
E    = potensial dari elektroda gelas tersebut
Ea    = potensial asimetris (potensial pada kedua permukaan gelas luar dan dalam)
pH   = pH larutan uji/sampel
T      = Suhu larutan uji/sampel dalam satuan Kelvin
Dari rumus tersebut diketahui bahwa pengukuran dibawah 2,0 atau diatas 12,0 menghasilkan penyimpangan pengukuran pH sebesar + 0,01 satuan pH suhu larutan diketahui + 2,0oC.
Besarnya kesalahan instrumen berpengaruh terhadap penentuan konsentrasi ion hydrogen dalam hal ini sebagai pH. Kesalahan ini harus kurang dari 1%. Elektroda yang baik akan menghasilkan lebih kurang 60 mV untuk setiap perubahan 1 (satu) satuan pH. Jadi potensial (tegangan) elektroda sebesar + 300 mV akan menyebabkan akan menyebabkan alat ukur membaca sebagai pH = 2,0 , karena pada pH = 7, potensial yang terukur adalah 0 volt.

III. Alat dan Bahan           
3.1 Alat
3.1.1 pH meter 1 buah
3.1.2 Gelas kimia 1 buah
3.1.3 Botol semprot 1 buah
3.2 Bahan
3.2.1 Aquades
3.2.2 Sampel air keran
3.2.3 Larutan buffer pH 9

IV. Prosedur Kerja
4.1 Kalibrasi pH meter
4.1.1 Diukur suhu larutan yang akan diukur/suhu ruang
4.1.2 Dinyalakan pH meter
4.1.3 Dibilas dan dikeringkan elektroda gelas
4.1.4 Dicelupkan pada larutan buffer pH 7
4.1.5 Diangkat dan dibilas serta dikeringkan elektroda gelas
4.2 Pengukuran pH
4.2.1 Diukur pH dari kelima larutan sampel secara berurutan dari terendah hingga tertinggi
4.2.2 Diukur pH dari kelima larutan sampel secara berurutan dari tertinggi hingga terendah
4.2.3 Divariasikan waktu pengamatan yakni t=15 dan 30 s
V. Data Pengamatan dan Perhitungan
5.1 Tabel Pengamatan
5.1.1 Data pengukuran pH mulai dari terendah hingga tertinggi (pH Naik)
pH Larutan
Suhu (°C)
t = 15 detik
t = 30 detik
9,30
29,3
9,01
9,0
9,34
31,3
9,31
9,12
9,53
32
9,23
8,94
9,62
29,7
9,03
8,09
9,96
30
9,35
9,12

5.1.2 Data pengukuran pH mulai dari tertinggi hingga terendah (pH Turun)
pH Larutan
Suhu (°C)
t = 15 detik
t = 30 detik
10,13
32,6
9,10
8,93
9,91
31,4
9,23
8,94
9,86
30,25
9,27
9,02
9,69
32,1
9,08
8,85
9,54
31,8
9,35
9,25

1.  Grafik
Berikut merupakan grafik antara pH yang terukur terhadap pH larutan pada setiap waktu
Grafik pengukuran pH naik dan turun pada t= 15 detik

Grafik pengukuran pH naik dan turun pada t= 30 detik

2.       Perhitungan
Perhitungan pada pH = 9 untuk pengukuran naik dan turun
1.      Standar Deviasi
                 = 45,73 / 5 = 9,146

y
ȳy
y-y
(y-y)2
9,01
9,146
-0,136
0,0184
9,35
9,146
0,204
0,0416
9,01
9,146
-0,136
0,0184
9,35
9,146
0,204
0,0416
9,01
9,146
-0,136
0,0184
  Σ(y-y)2
0,692

Standar Deviasi
Sy =   Σ(y-y)2
             N - 1
      =  √ 0,692 / 4 = 0,415
2. Ketelitian Pengukuran pH
Ketelitian = +- sy / y
                       = +- 0,415 /  9,146
                      = +- 0,0453

VI. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pH pada kelima sampel pada pH yang berbeda-beda. Kelima larutan tersebut adalah sampel air keran. Sebelum pH meter digunakan untuk pengukuran pH larutan, pH meter dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi adalah suatu keadaan dimana suatu masukan dipertahankan pada nilai tetap, dimana masukan tersebut dianggap sebagai standar. pH meter dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 9. 
Pengukuran pH dilakukan berurutan dari kelima larutan sampel dari yang memiliki pH terendah hingga tertinggi (pH naik), kemudian dilakukan pengukuran ulang pH dari larutan yang memiliki pH tertinggi hingga terendah (pH turun) secara berurutan. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui reversibilitas dari pHmeter sebagai alat pengukur pH, sehingga dari percobaan ini dapat diketahui kemampuan pH meter untuk mengukur kembali pH suatu larutan walaupun telah diselingi pengukuran larutan yang berbeda pH.  Pada saat pengukuran pH dan kalibrasi pHmeter, elektroda pH meter harus tercelup seluruhnya ke dalam larutan yang akan diukur pHnya, hal ini dimaksudkan agar elektroda mengukur pH larutan secara benar, apabila tidak tercelup seluruhnya kemungkinan sensor elektroda tidak akan mengukur pH larutan seluruhnya. Pengukuran pH dilakukan dengan berbagai variasi waktu yaitu pada t = 15 detik dan pada t = 30 detik. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui konstan tidaknya pH meter untuk mengukur pH pada suatu larutan.
Berdasarkan grafik, baik pada t=15s dan t=30s baik pada pengukuran naik maupun turun, kedua grafik tersebut menunjukan pH meter mengukur pH larutan hampir sama sehingga kedua grafik yaitu pH naik yang digabungkan dengan pH turun berdempetan (terlihat sama). Hal ini menunjukan bahwa pH meter dapat mengukur pH dengan benar walaupun diselingi beberapa pengukuran pH yang berbeda-beda. Dari setiap pengukuran pH baik pH naik maupun pH turun, dapat mengitung standar deviasinya sehingga dari setiap pH didapatkan ketidakpastian pengukuran, ketidakpastian pengukuran sebenarnya dan pengukuran sebenarnya. Ketidakpastian terjadi karena alat ukur tidak akan mungkin mengukur pH dengan ketepatan 100%, sehingga di hitung ketidakpastian sehingga didapat rentang pengukuran sebenarnya.
VII. KESIMPULAN
Jadi, pH meter terbukti reversibilitas dalam pengukuran pH dimana pH meter dapat mengukur kembali pH larutan dengan baik, serta berdasarkan percobaan didapat waktu pembacaan pH yang tepat adalah t = 15 detik.

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Buck Beck. Mechanical measurements. Penerjemah : Ir. Kusnul Hadi. Pengukuran Mekanis. 1987. Jakarta : Erlangga
Jackson, G.B, 1992, “Applied Water and Spentwater Chemistry”, pp 128-136, Van Nostrand Reinhad, New York
Poerwanto, dkk. 2008. Instrumentasi dan Alat Ukur. Yogyakarta : Graha Ilmu
Strobe, H.A., “Chemical instrumentation : A systematic approach to instrumental analysis”, pp 567-628, Addison – Wesley Publishing Co. Inc, Reading Mass
Walpole, E. Ronald. Introduction to Statistic. Penerjemah : Ir. Bambang Sumantri. 1988. Jakarta : Gramedia Pustaka