Total Pageviews

Monday, October 19, 2015

°C-ute 28th Single [Arigatou ~Mugen no Yell~]

°C-ute 28th Single [Arigatou ~Mugen no Yell~] Lirik dan Terjemahan
Lyrics: NOBE
Composition: KOJI oba
Arrangement: soundbreakers

Arigatou ~Mugen no Yell~ adalah squad hymne dari Federasi Gulat Jepang
Romaji lirik from MV | Indonesia lirik by Me
Ima tashika ni kanjite iru yo Kodoku janai to iu koto
Mukuwarenai doryoku ni namida
Nagasu hi mo attakedo
Sonna toki wa anata ga Senaka oshite kureta ne
Itsumo sono yasashisa ni
Chanto mirai wo shinjireta yo
Sekarang aku merasakannya Bahwa ku tak sendirian
Airmata dari usaha yang tak dihargai
Ada hari-hari seperti itu
Ketika itu terjadi Kau memberiku dorongan dari belakang
Selalu dalam kelembutan ini
Percaya masa depanku akan jadi baik

Arigatou ooki na yuuki wo kurete
Mou mayowazu ganbaru yo
Ima kono shunkan ni subete wo kakete
Sakamichi no mukou ni tsukamitoru eikou
Terimakasih telah memberiku kekuatan yang besar
Tak akan ragu lagi berjuanglah
Pada saat ini kukerahkan segalanya
Kemenangan yang kuraih melalui bukit terjal

Senaka nagame tada urayande
Jibun wo amayaka shiteta
Kesshite doryoku wa unagiranai to
Nandomo shikatte kureta
Menatapmu kembali membuat cemburu
Terlalu mudah untuk diriku sendiri
Kerja keras akan selalu terbayar
Selalu kau memarahiku berkata begitu

Kurikaesu mainichi wo
Tsumikasaneteku tabi ni
Mune no oku no fuan wa
Yagate jishin ni kawattetanda yo
Mengulang hal yang sama tiap hari
Setiap kali ku melakukannya
Kecemasan didalam hatiku
Perlahan berubah menjadi kepercayaan

Arigatou kyou made sasaete kurete
Mou yowane wa hakanai yo
Ima kono shunkan ni hokori wo kakete
Yorokobi no namida wo Wakachiaeru you ni
Terimakasih telah mendukungku hingga hari ini
Ku tak akan mengeluh lagi
Pada saat ini kukerahkan rasa banggaku
Agar bisa menangis dengan bahagia disampingmu

Kujigesou ni natte mo
Asu ga mienakute mo
Itsu ga kokoro ga tsubure kakete mo
Anata ga kureta mugen no E-RU ga michishirube
Jika ku mulai tak berani
Jika esok tak terlihat
Jika suatu hari hatiku terluka
Teriakan abadi yang kau beri akan menuntunku

Akiramenai koto wo chikatta sora wa
Shouri e to tsuzuiteiku
Berjanji pada langit ku tak akan menyerah
Akan memimpinku pada kemenangan

Arigatou ooki na yuuki wo kurete
Mou mayowazu ganbaru yo
Ima kono shunkan ni subete wo kakete
Sakamichi no mukou ni tsukamitoru eikou
Terimakasih telah memberiku kekuatan yang besar
Tak akan ragu lagi berjuanglah
Pada saat ini kukerahkan segalanya
Kemenangan yang kuraih melalui bukit terjal

Penentuan Konsentrasi Larutan dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS



Penentuan Konsentrasi Larutan dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan konsentrasi larutan FeCl3.6H2O dengan menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya.

II. DASAR TEORI
2.1 Spektrofotometer UV Vis
Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan blanko ataupun pembanding.
Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200–350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Semua metode spektrofotometri berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang semonokromatis mungkin.
2.2 Absorbsi
Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi electron-electron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan electron-electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yag lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absorptivitas molar dan disimbolkan dengan ε dengan satuan M  -1cm-1 atau liter.mol-1cm-1. Jika c dinyatakan dalam persen berat/volume (g/100mL) maka absorptivitas dapat ditulis dengan E1%1cmA1%1cm (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Underwood dan Day, 1996).
Kandungan Besi III dapat ditentukan dengan beberapa metode, salah satunya yaitu dengan spektrofotometer sinar tampak. Salah satu metode yang cukup handal pada spektrofotometer adalah dengan penambahbakuan atau adisi standar. Metode ini merupakan suatu pengembangan metode spektrofotometer sinar tampak dengan biaya relatif lebih murah (Watulingas, 2008).
Panjang gelombang 450 nm digunakan sebagai panjang gelombang untuk menganalisis kadar besi di dalam larutan karena pada panjang gelombang ini, absorbansi sinar mempunyai nilai maksimal, dengan kata lain, pada panjang gelombang ini, sinar yang dipancarkan oleh spektrofotometer paling banyak diserap oleh larutan. Oleh karena itu, pengukuran pada panjang gelombang 450 ini menghasilkan pengukuran yang akurat.

III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
3.1.1 Labu ukur 50 ml 5 buah
3.1.2 Bulp 1 buah
3.1.3 Pipet volume 25 ml 1 buah
3.1.4 Corong 1 buah
3.1.5 Gelas kimia 250 ml 3 buah
3.1.6 Pipet tetes 1 buah
3.2 Bahan
3.2.1 FeCl3.6H2O padatan
3.2.2 Aquades

IV. PROSEDUR KERJA
4.1 Pembuatan Larutan FeCl3.6H2O 100 ppm.
a. Ditimbang padatan FeCl3.6H2O dengan menggunakan neraca digital.
b. Dilarutkan dengan aquades dan dipindahkan kedalam labu ukur 1L.
c. Ditambah aquades sampai tanda batas, kemudian dihomogenkan larutan.
4.2 Diencerkan larutan FeCl3.6H2O 100 ppm menjadi larutan  FeCl3.6H2O 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm sebanyak 50 ml.
a. Dihitung dengan rumus pengenceran
b. Diambil beberapa ml (sesuai perhitungan) larutan FeCl3.6H2O 100 ppm.
c. Dimasukkan ke labu ukur 50 ml + aquades sampai tanda batas. Dihomogenkan larutan.
4.3 Diukur absorbansi maksimum dari panjang gelombang 400-480 nm untuk larutan FeCl3.6H2O 30 ppm.
4.4 Diukur absorbansi larutan FeCl3.6H2O 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm
4.5 Dibuat kurva standar untuk langkah 4.
4.6 Diukur absorbansi FeCl3.6H2O unknown ppm pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan duplo.

V. DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
5.1 Tabel 1
Konsentrasi (ppm) x
Absorbansi (y)
x2

y2

x.y
10
0,12
100
0,0144
1,2
20
0,25
400
0,0625
5
30
0,56
900
0,3136
16,8
40
0,38
1600
0,1444
15,2
50
0,50
2500
0,25
25
Σ = 150
1,81
5500
0,7849
63,2

5.2 Panjang gelombang maksimum
Panjang Gelombang
Absorbansi
440 nm
0,4
450 nm
0,56
460 nm
0,27

5.3 Regresi linier
Konsentrasi (x)
Absorbansi (y)
10 ppm
0,12 A
20 ppm
0,25 A
30 ppm
0,56 A
40 ppm
0,38 A
50 ppm
0,50 A

5.4 Perhitungan
Diketahui:
Σx= 150         Σx2= 5500     Σy = 63,2
Σy= 1,81         Σy2= 0,7849
Regresi Linier
y = bx + a
b = n (Σxy) - (Σx) (Σy)
           n (Σx2) - (Σx)2
   = 5 (63,2) - (150) (1,81)
          5 (5500) - (150)2
   = 44,5 / 5000 = 8,9 x 10-3



a = (Σy) (Σx2) - (Σx) (Σxy)
             n (Σx2) - (Σx)2
   = (1,81) (5500) - (150) (63,2)
              5 (5500) - (150)2
    = 475 / 5000 = 0,095
Percobaan
Absorbansi
1
0,29
2
0,25
3
0,31
rata-rata
0,29
y= 8,9 × 10-3 x + 0,095


0,29 =  8,9 × 10-3 x + 0,095


0,29 - 0,095 = 8,9 × 10-3 x


x =     0,195
      8,9 x 10-3


   = 21,91 ppm

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan konsentrasi larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis serta larutan FeCl3.6H20 berbagai konsentrasi. Pembuatan larutan FeCl3.6H2O dengan berbagai konsentrasi dapat dilakukan dengan pengenceran kedalam lima labu ukur menggunakan aquades memakai rumus, M1.V1=M2.V2
Dari larutan FeCl3.6H2O dengan konsentrasi 100 ppm akan dibuat menjadi larutan FeCl3.6H2O dengan konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm. Jika larutan FeCl3.6H2O konsentrasi 100 ppm akan dibuat menjadi konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm. Maka dipipet dari FeCl3.6H2O masing-masing 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 25 ml. Kemudian ditambahkan aquades hingga tanda batas.
Selanjutnya yaitu menganalisa spektroskopi dari larutan FeCl3.6H2O dengan menggunakan spektrofotometer. serta mengatur panjang gelombang yang digunakan yaitu 440-460 nm. Selanjutnya yaitu menentukan kadar sampel. Dengan cara yang sama memasukkan kuvet berisi larutan FeCl3.6H2O berbagai konsentrasi mulai dari konsentrasi rendah sampai tertinggi dengan jangkauan panjang gelombang yang sama antara 440-460 nm.
Dari percobaan, data berupa absorbansi (A) vs panjang gelombang (gamma) dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
grafik 450
Dari grafik diatas dapat dilihat panjang gelombang maksimum sebesar 450 nm. Selanjutnya dapat ditentukan nilai absorban (A) untuk tiap konsentrasi dari panjang gelombang maksimum (450 nm) sebagai acuan untuk larutan yang belum diketahui (unknown) dan diperoleh rata-rata dari larutan tersebut adalah 0,29 ppm.
Konsentrasi (x)
Absorbansi (y)
10 ppm
0,12 A
20 ppm
0,25 A
30 ppm
0,56 A
40 ppm
0,38 A
50 ppm
0,50 A
Dari data tersebut dibuat grafik hubungan antara absorban (A) vs konsentrasi (c), sehingga diperoleh persamaan regresi linier y=bx+a, dengan y=absorbansi sampel, dan x=konsentrasi yang terdapat pada larutan.

Persamaan regresi linier yang diperoleh yaitu y = 8,9 × 10-3  x + 0,095. Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linier (A=C). y=bx+a, rumus tersebut digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi larutan FeCl3.6H2O yang belum diketahui dan didapatkan nilai konsentrasi larutan unknown sebesar 21,9 ppm atau 22 ppm.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa, FeCl3.6H2O memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 450 nm serta regresi linier dengan persamaan y = 8,9 × 10-3 x + 0,095 dan konsentrasi larutan unknown adalah 22 ppm.

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.G & Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Underwood, A. L dan R.A. Day. J. R. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Watulingas. M.C. 2008. Aplikasi Teknik Adisi Standar Pada Penetapan Kadar Besi III Dalam Air Sungai Karang Mumus Dengan Spektronik 21-D. Samarinda: Universitas Mulawarman.

Uji Elektrolit dan Penentuan Konduktivitas Larutan



Uji Elektrolit dan Penentuan Konduktivitas Larutan

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Untuk membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit
1.2 Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi larutan terhadap daya hantar listrik suatu larutan (konduktivitas larutan)

II. DASAR TEORI
2.1 Larutan elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Larutan yang menunjukkan gejala-gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit. Larutan elektrolit terbagi menjadi tiga:
1. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion-ion karena terurai sempurna, maka harga derajat ionisasi = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan dalam derajat ionisasi yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang dihantarkan.
2. Larutan elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar 0 < ά > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion-ion ketika larut dalam air.
3. Larutan non elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada alat uji. Larutan yang menunjukkan gejala-gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan non elektrolit.
2.2 Konduktivitas
Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Daya hantar listrik merupakan kebalikan dari hambatan listrik (R). R = p l/A
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm (Ω), p adalah tahanan spesifik atau resistivitas dalam ohm cm (satuan SI, ohm cm), l adalah panjang dalam cm, dan A luas penampang lintang dalam cm2. Oleh karena itu daya hantar listrik dinyatakan, K = 1/p
Daya hantar listrik disebut Konduktivitas. Satuannya disingkat ohm-1cm-1. Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan/cairan elektrolit. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas.
Energi listrik dapat ditransfer melalui materi berupa hantaran yang bermuatan listrik yang berwujud arus listrik. Ini berarti bahwa harus terdapat pembawa muatan listrik di dalam materi serta adanya gaya yang menggerakkan pembawa muatan tersebut.
Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara satu tempat terhadap yang lain, dan arus listrik akan mengalir dari tempat yang memiliki potensial tinggi ke tempat potensial rendah. Didalam suatu larutan, terjadinya arus listrik dikarenakan adanya ion yang bergerak.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan ion adalah: Berat dan muatan ion, Adanya hidrasi orientasi, atmosfer pelarut, gaya tarik antar ion, temperatur, viskositas. Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah alpanya semakin besar dan untuk elektrolit kuat gaya tarik antar ion semakin kecil. Pada pengenceran tidak terhingga, daya hantar ekivalen elektrolit hanya tergantung pada jenis ionnya. Masing-masing ion mempunyai daya hantar ekivalen yang tergantung pada jumlah ion yang ada.
2.3 Konduktivitas larutan
Alat uji konduktivitas (konduktometer) yang digunakan dalam percobaan ini ialah Crison GLP 31 dengan tipe sel 5070. Komponennya terdiri dari:
1. Connector: telephonic (8c)
Berfungsi untuk menghubungkan connector dengan alat konduktometer.
2. Fixed cable (standard 1m)
Kabel sepanjang 1 meter yang berfungsi menghubungkan connector dengan platinum elektroda.
3. Glass body
Badan kaca elektroda sering digunakan dalam penggunaan laboratorium untuk larutan yang mengandung protein dan organik atau pelarut yang bisa merusak polimer. Badan kaca berfungsi sebagai tempat platinum elektroda diletakkan.
4. Air outlet holes
Merupakan jalan masuk dan keluarnya udara pada badan kaca. Fungsinya agar sirkulasi udara dapat berjalan secara terus menerus, tidak berhenti atau membalik lagi, intinya harus mengalir.
5. Platinum electrodes
Merupakan elektroda berupa logam yang dilapisi logam platina untuk menambah efektivitas permukaan elektroda. Fungsinya sebagai alat yang dicelupkan pada larutan untuk menentukan nilai konduktivitasnya.
6. Pt 1000 temperature sensor
Alat yang sering digunakan dalam industri memiliki nilai resistansi 1000 ohm pada 0°C disebut Pt1000 sensor ('Pt' adalah simbol untuk platina). Fungsinya sebagai sensor pembaca suhu pada larutan yang diuji.

III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
3.1.1 Labu ukur 100 ml 3 buah
3.1.2 Gelas kimia 100 ml 5 buah
3.1.3 Batang pengaduk 1 buah
3.1.4 Baterai 2 buah
3.1.5 Kabel 1 M 1 buah
3.1.6 Lampu 1 buah
3.1.7 Paku 2 buah
3.1.8 Selotip 1 buah
3.1.9 Corong 1 buah
3.1.10 Spatula 1 buah
3.1.11 Pipet volume 25 ml dan 10 ml 1 buah
3.1.12 Alat konduktivitas
3.2 Bahan
3.2.1 Gula (C6H12O6)
3.2.2 Garam (NaCl)
3.2.3 Deterjen
3.2.4 Cuka
3.2.5 Alkohol
3.2.6 Aquades

IV. PROSEDUR KERJA
4.1 Pembuatan alat uji elektrolit larutan
1. Disusun 2 buah baterai dengan posisi horizontal dengan ketentuan (+) berada disebelah kanan dan (-) berada disebelah kiri. Diberi tempat khusus agar baterai tidak bergeser.
2. Dipasang kabel 15 cm pada ujung baterai yang kutub (+) menggunakan selotip.
3. Dipasang ujung lain, pasang lampu led pada kutub (+) lampu.
4. Diambil kabel kedua yang panjangnya 15 cm dan pasangkan pada kutub (-) lampu.
5. Diujung kabel kedua, dihubungkan elektroda paku dengan menggunakan selotip.
6. Diambil kabel ketiga yang panjangnya 30 cm dan pasang pada kutub (-) baterai.
7. Diujung ketiga, dihubungkan elektroda paku satunya dengan selotip.

4.2 Uji elektrolit larutan
1. Dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi 2M, 100 ml
2. Dibuat larutan gula (C6H12O6) 0,5 M sebanyak 100 ml
3. Dibuat larutan alkohol 50% sebanyak 100 ml
4. Dimasukkan cuka makan sebanyak 100 ml kedalam gelas
5. Dilarutkan 2,5 sendok spatula deterjen dalam 100 ml air.
6. Diuji masing-masing larutan.
7. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

4.3 Uji konduktivitas larutan
1. Diukur larutan standar yang sudah diketahui nilai konduktivitasnya.
2. Dibuat larutan NaCl konsentrasi 2M, sebanyak 100 ml.
3. Diencerkan larutan menjadi 1M sebanyak 100 ml.
4. Diencerkan larutan 1M menjadi 0,1M, 0,01M, 0,001M sebanyak 100 ml.
5. Dipastikan skala konduktivitas meter terbaca,dan elektroda tercelup sempurna pada larutan yang diukur konsentrasinya.
6. Diukur daya hantar listrik larutan dengan konduktometer dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
7. Diulang secara berurutan (2 kali).

V. DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
5.1 Tabel pengamatan uji elektrolit
No.
Nama larutan
lampu
gelembung
Jenis Elektrolit
ada
tidak
ada
tidak
1
NaCl
v

v

Elektrolit kuat
2
Cuka

v
v

Elektrolit lemah
3
Sabun

v
v

Elektrolit lemah
4
Gula

v

v
non elektrolit
5
Alkohol

v

v
non elektrolit

5.2 Tabel konduktivitas
Konduktivitas larutan
Nilai konduktivitas
Rata-rata
Satuan S/cm
1
2
2 M
102,1 ms/cm
102,2 ms/cm
102,15 ms/cm
0,102
1 M
31,4 ms/cm
31,5 ms/cm
31,45 ms/cm
0,031
0,1 M
3,69 ms/cm
3,71 ms/cm
3,7 ms/cm
0,0037
0,01 M
440 μs/cm
442 μs/cm
441μs/cm
0,00044
0,001 M
94,1 μs/cm
93,1 μs/cm
93,6 μs/cm
0,000094

5.3 Perhitungan
Diketahui: Mr NaCl = 58,5 gr/mol
                    Mr C6H12O6 = 180 gr/mol
Penyelesaian:
a. Larutan NaCl 2 M, 100 ml
   M = gr/Mr X 1000/V
2 M = gr/58,5 gr/mol X 1000/100 ml
    gr = 117/10 = 11,7 gr
b. Larutan C6H12O6 0,5 M 100 ml
       M = gr/Mr X 1000/V
0,5 M = gr/180 gr/mol X 1000/100 ml
       gr = 90/10 = 9 gr
c. Pengenceran larutan NaCl 2M menjadi 1M sebanyak 100 ml
Diketahui: M1= 2M, M2=1M, V2=100 ml
Rumus pengenceran: M1.V1 = M2.V2
                                         2M.V1 = 1M.100 ml
                                                 V1 = 100 ml.M/2M = 50 ml
d. Pengenceran larutan NaCl 1M menjadi 0,1M sebanyak 100 ml
Diketahui: M1= 1M, M2=0,1M, V2=100 ml
Rumus pengenceran: M1.V1 = M2.V2
                                          1M.V1 = 0,1M.100 ml
                                                  V1 = 10 ml.M/1M = 10 ml
c. Pengenceran larutan NaCl 0,1M menjadi 0,01M sebanyak 100 ml
Diketahui: M1= 0,1M, M2=0,01M, V2=100 ml
Rumus pengenceran: M1.V1 = M2.V2
                                        0,1M.V1 = 0,01M.100 ml
                                                   V1 = 1 ml.M/0,1M = 10 ml

c. Pengenceran larutan NaCl 0,01M menjadi 0,001M sebanyak 100 ml
Diketahui: M1= 0,01M, M2=0,001M, V2=100 ml
Rumus pengenceran: M1.V1 = M2.V2
                                     0,01M.V1 = 0,001M.100 ml
                                                  V1 = 0,1 ml.M/0,01M = 10 ml

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan uji elektrolit dan penentuan konduktivitas berbagai macam larutan pada konsentrasi yang berbeda-beda. Pertama-tama, membuat alat uji elektrolit sederhana dari baterai dan kabel. Setelah alat uji elektrolit dirangkai dan berbagai konsentrasi larutan diencerkan, jenis elektrolit larutan dapat diuji dengan alat tersebut.
Ketika elektroda paku dimasukkan ke dalam larutan garam, terjadi perubahan yaitu lampu led menyala dan adanya gelembung dalam gelas. Hal ini disebabkan karena garam (NaCl) terdiri dari Na+ yang mengalami penurunan elektron sehingga akan menghasilkan endapan hitam pada paku dan Cl- yang mengambil elektron, ionnya berubah menjadi gas di kutub (-) paku. Maka, larutan garam termasuk elektrolit kuat.
Cuka yang memiliki rumus kimia CH3COOH, ketika diuji akan terurai menjadi CH3COO- + H+ dan kembali menjadi CH3COOH (mengalami proses kesetimbangan) sehingga gelembung yang dihasilkan sedikit dan lampu tidak menyala maka termasuk elektrolit lemah.
Sabun terdiri dari lemak dan basa yang diujungnya terdapat rantai COOH. Reaksi antara RCOOH dan NaOH menghasilkan RCOONA (sabun). Reaksi yang terjadi adalah bolak balik sehingga terdapat gelembung namun lampu tidak menyala maka sabun termasuk larutan elektrolit lemah.
Gula dengan rumus C6H12O6 tidak berikatan ion tetapi berikatan kovalen sehingga tidak akan menghasilkan ion. Maka tidak akan menghantarkan arus listrik untuk membuat lampu menyala dan tidak akan ada gelembung. Jadi, larutan gula termasuk kedalam larutan non elektrolit.
Ketika menguji alkohol, lampu led tidak menyala dan gelembung tidak ada. Alkohol yang diujungnya terdapat rantai OH, merupakan basa lemah yang mengalami proses kesetimbangan. Karena sangat lemah daripada air, membuatnya mengandung sangat sedikit ion sehingga termasuk larutan non elektrolit.
Setelah semua larutan diuji jenis elektrolitnya, larutan NaCl 2M diencerkan menjadi beberapa konsentrasi yang berbeda yaitu 1M, 0,1M, 0,01M dan 0,001M. Larutan NaCl dipilih karena termasuk elektrolit kuat yang mempunyai daya hantar listrik yang relatif baik walaupun memiliki konsentrasi yang kecil.
Larutan yang telah siap kemudian dicelupkan elektroda untuk diuji nilai konduktivitasnya dan pastikan skala konduktivitas meter dapat terbaca. Pengukuran dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk mencegah banyaknya ion-ion yang menempel pada logam konduktometer. Sehingga terkontaminasinya ion-ion pada larutan lain juga semakin kecil.
Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas. Hal ini ditunjukkan dari semakin kecil konsentrasi larutan maka akan semakin kecil nilai konduktivitas larutannya. Hubungan antara konduktivitas dan konsentrasi dapat digambarkan pada grafik berikut:



VI. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Larutan yang termasuk elektrolit kuat adalah NaCl, larutan yang termasuk elektrolit lemah adalah cuka dan sabun sedangkan larutan yang termasuk non elektrolit adalah gula dan alkohol.
2. Konsentrasi larutan dapat mempengaruhi konduktivitas larutan. Jika suatu larutan diencerkan maka nilai konduktivitas larutannya akan semakin berkurang.

VII. DAFTAR PUSTAKA
Crison Instruments. 2010. EC-Meter GLP 31. (Online). Diakses 20 Oktober 2015.(http://www.lambda-elan.hu/WEBSET_DOWNLOAD/613/Crison%20azstali%20vezet%20C5%2091k%20C3%20a9G%20M%20c3%20A9r%20C5%2091%20cOND%20glp%2031.pdf)
Tim Penyusun. 2014. Modul Praktikum Kimia Analisa Instrumen. Samarinda: POLNES
Yana, Yuli. 2015. Uji Elektrolit dan Penentuaan Konduktivitas Larutan. Tana Paser: PDD AK Paser