Proses
Korosi
Bab I
Tujuan:
1) Mempelajari peristiwa korosi
dari percobaan yang dilakukan
2) Menuliskan persamaan reaksi
yang terjadi dari percobaan yang dilakukan
3) Mengukur potensial sel suatu
sel elektrokimia
4) Menjelaskan pengaruh
konsentrasi terhadap potensial
5) Menghitung kecepatan sel korosi
yang terjadi dari hasil ppercobaan
Bab II
Dasar Teori
Korosi adalah reaksi kimia dari
logam dengan lingkungannya. Secara termodinamika, sistem logam dengan
lingkungannya yang berair atau berudara tidak berada dalam keseimbangan.
Pengertian secara umum, korosi adalah:
• Perusakan logam atau konstruksi
oleh pengaruh lingkungan
• Proses kimia disertai
perpindahan elektron
• Sebagai akibat proses
elektrokimia
• Sebagai akibat proses alamiah
Berdasarkan reaksi tersebut,
proses korosi terjadi karena:
- Adanya reaksi elektrokimia
antara logam dengan lingkungannya
- Terjadi reaksi katodic dan
anodic
Reaksi anodic dapat terjadi karena
adanya pelepasan electron dari logam. Atom logam melepaskan electron ke
lingkungan. Jadi, pada anoda terjadi reaksi oksidasi atau proses pelarutan
logam menjadi ion-ionnya.
Contoh:
Besi :
Fe -----------> Fe2+
+ 2e
Tembaga : Cu -----------> Cu2+ + 2e
: Zn -----------> Zn2+ + 2e
Reaksi katodik dapat terjadi
karena adanya penerimaan elektron. Molekul atau ion dari lingkungan penangkapan
electron yang telah dilepaskan oleh logam. Jadi, pada katodik terjadi reaksi
reduksi.
Contoh:
1. Ion hydrogen dari lingkungan
menangkap electron sehingga terbentuk gas H2
2H+ + 2e
--------------> H2
2. Molekul O2 dan ion H+
dari lingkungan direduksi menjadi air yang menempel ppada permukaan logam.
O2 + 4H+ + 4e -------------> 2H2O
3. Gas oksigen dan air dari
lingkungan direduksi menjadi ion hidroksil yang menempel pada permukaan logam.
O2 + 2H2O + 4e ------------->
4OH-
4. Ion logam yang larut dalam
lingkungan mengalami proses reduksi
M3+ + e
---------------> M2+
M2+ + 2e --------------> M
Pada dasarnya, reaksi korosi
merupakan kombinasi reaksi anodik dan katodik. Secara sederhana reaksi korosi
dapat ditulis seperti berikut ini.
Reaksi anodik : Fe -----------------> Fe2+ + 2e
Reaksi katodik : O2 + H2O + 4e
---------------> 4OH-
O2 + 4H+ +
4e ---------------> H2O
2H+ + 2e
---------------> H2
Karena dalam permukaan logam
terdapat ion Fe2+ dan ion OH-, kedua ion ini akan
bereaksi.
Fe2+ + 2OH- ------------------> Fe(OH)2
Fe(OH)2 + O2
------------------> Fe(OH)3.H2O karat
Berdasarkan reaksi tersebut,
oksigen sangat berperan dalam reaksi katodik. Selain itu, dalam udara lembab,
atau mengandung uap air, maka reaksi akan berlangsung lebih cepat.
Faktor yang mempengaruhi korosi
Proses korosi dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu factor primer dan factor sekunder.
Factor primer meliputi potensial,
elektroda logam dalam larutan, kelebihan tegangan hydrogen pada logam,
keserbasamaan permukaan logam secara fisik dan kimia, ketahanan dan permeabilitas
lapisan oksidanya. Factor sekunder meliputi pH lingkungan, konsentrasi oksigen,
kecepatan larutan, temperatur, penekanan, fluida korosi yang berdekatan,
sentuhan dengan logam yang ada di sekitarnya, kandungan elektrolit yang ada
disekitar logam.
Pencegahan korosi
Proses korosi adalah suatu proses
alami, maka korosi ini tidak dapat dihentikan sama sekali, tetapi proses korosi
dapat dihambat atau dicegah. Beberapa pencegahan atau penghambatan daat
dilakukan dengan cara:
1. Proteksi katodik
2. Melapisi logam dengan logam
lain secara elektroplating
3. Memberi minyak pada permukaan
logam
4. Melapisi logam dengan cat
5. Memasifkan permukaan logam
dengan memberi bahan kimia seperti natrium fospat
6. Melapisi permukaan logam dengan
pelindung minyak
Laju korosi
Laju korosi dapat dihitung
berdasarkan hukum Faraday, yang dirumuskan [ g = a.I.t]
g = massa zat yang bereaksi
I = rapat arus mengalir
t = waktu retensi
a = tetapan elektrokimia
Massa terkorosi = ikn.t.BA / nF
Laju terkorosi = ikor.t.BA/n.F.P X
100/2.5 mpy(mols per years ikon, a/cm2p
t = 3600x24x365detik/tahun
n = jumlah elektron
F = bilangan Faraday
P = densitas logam
BA = berat atom logam (g/mol)
1mil = 10-3 inchi
1inchi = 2.54 cm
Bab III
Alat dan Bahan
- Enam tabung reaksi dan sebuah
rak
- Enam paku baja berlapis, panjang
50 mm
- Gelas kimia
- Pipet volume
- Bulp
- Sepotong gabus
- Kalsium Oksida
- Kalsium Kromat
Bab IV
Prosedur Kerja
1. Ditempatkan setiap tabung dalam
rak dan masukkan sepotong paku kedalam masing-masing tabung reaksi.
2. Dibiarkan paku dalam tabung
no.1 berhubung langsung dengan udara.
3. Direndam separuh paku dalam
tabung no.2 dengan air PAM.
4. Direndam seluruh paku dalam tabung
no.3 dengan air PAM.
5. Diisi tabung no,4 dengan air
PAM yang sudah dididihkan. Tutup tabung dengan gabus agar udara tidak masuk
kedalamya.
6. Disiapkan larutan kalsium
oksida dan kalsium kromat berpelarut air, masing-masing 10 gram dalam 100 ml
air PAM.
7. Direndam seluruh paku dalam
tabung no.5 dengan larutan kalsium oksida.
8. Direndam seluruh paku dalam
tabung no.6 dengan kalsium kromat.
9. Dibiarkan sekurang-kurangnya
sehari semalam, atau lebih baik seminggu.
10. Diamati pengaruh lingkungan
yang berbeda-beda terhadap paku
Bab V
Hasil Pengamatan
No. Reaks Pengamatan
1. O2 Tidak berkarat
2. H2O separuh paku Berkarat setengah
3. H2O seluruh paku Berkarat semua
4. Air mendidih Berkarat
5. Kalsium Oksida Tidak berkarat
6. Kalsium Kromat Tidak berkarat
Perhitungan:
1. Larutan CaO, Mr = g = 56 gr/mol
g = I t
I = g/t = 56 gr/mol / 3600 . 24 .
365,6
= 2,96 x 10-7
Massa terkorosi
I kor . t . BA = 2,96 x 10-7
. 189216000 . 5,975 / 56
= 5,97
Laju terkorosi
I kor . t . BA . 250ml / n . 3 .
In = 2,96 x 10-7 . 182916000 . 5,975 . 250 / 56 . 3
= 4481,885 mpy
2. Larutan K2CrO4, Mr = g = 194
gr/mol
g = I t
I = g/t = 194 gr/mol / 3600 . 24 .
365,6
= 1,025 x 10-6
Massa terkorosi
I kor . t . BA / n Fe = 1,025 x 10-6
. 189216000 . 5,975 / 56
= 20,69
Laju terkorosi
I kor . t . BA . 250ml / n . 3 .
In = 1.025 x 10-6 . 182916000
. 5,975 / 56 . 3
= 1724, 449 mpy
Bab VI
Pembahasan
Dari hasil pengamatan tersebut,
diberikan 6 perlakuan berbeda pada paku yaitu paku dibiarkan bereaksi dengan
oksigen, paku yang diberi air separuh tabung reaksi, paku yang diberi air
seluruh tabung reaksi, paku yang diberi air yang sudah dimasak, pemberian CaO
(kalsium oksida) pada aku, serta pemberian K2CrO4 (kalsium kromat) pada paku.
Dari hasil pengamatan selama 6
hari didapati bahwa pada paku yang dibiarkan terkena olsigen tidak terjadi
perkaratan, pada paku yang diberi separuh air terjadi perkaratan pada separuh
paku, pada paku yang diberi seluruh air terjadi perkaratan secara menyeluruh
pada paku, pada paku yang diberi air mendidih terjadi korosi dan membuat air
pada paku tersebut berubah warnanya menjadi kuning, serta pada paku yang
diberikan CaO dan paku yang diberikan K2CrO4 tidak terjadi proses perkaratan
pada keduanya.
Bab VI
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan:
Dari hasil praktikum tersebut dapat
disimpulkan bahwa paku lebih mudah menjadi berkarat jika terkena air. Hal ini
dibenarkan bahwa salah satu faktor korosi adalah adanya kontak udara dan air.
Agar tidak terjadi korosi pada besi jangan sampai besi terkontaminasi dengan
air atau larutan yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat berkarat.
Saran:
Setiap melakukan praktikum
diharapkan untuk dapat memperhatikan prosedur kerja serta memerhatikan
keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk memperbanyak referensi guna
memudahkan kita baik dalam melakukan praktikum maupun dalam penyusunan laporan
praktikum.
Bab VIII
Daftar Pustaka
* Harnanto,Ari.2009.KIMIA untuk
SMA/MA Kelas XII.Jakarta:Setia Aji
*
http://www.widyaastutisahnur.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-korosi-pada-paku.html
Diakses pada 2 Maret 2015 jam
21.50
No comments:
Post a Comment