PENENTUAN
KADAR Fe (II) DALAM SAMPEL
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar Fe (II)
yang terkandung dalam sampel menggunakan metode titrasi oksidimetri.
B. DASAR TEORI
Oksidimetri adalah metode titrasi
redoks dengan larutan baku yang bersifat sebagai oksidator.
Permanganometri, larutan baku yang
digunakan larutan kMno4, ini selau di;laksanakan dalam suasana asam dimana
KMno4 mengalami reaksi reduksi.
Pada penentuan kadar Fe (II) dalam
sampel digunakan zat KMnO4 sebagai pengoksidasi.
Kalium permanganate adalah
pereaksi pengoksidasi (oksidator kuat), larutannya berwarna ungu.
Saat mengoksidasi warna ungu
hilang. Kelebihan kalium permanganat pada titrasi akan menyebabkan larutan
berwarna ungu. Dengan demikian titrasi tidak menggunakan indikator, karena
kelebihan kalium permanganat berfungsi sebagai indikatornya. Dalam suasana asam
yang sangat kuat, kalium permanganat menerima elektron, tejadi penurunan biloks
dari +7 menjadi +2 sesuai reaksi:
MnO4- + 8H+
+ 5e- -> Mn+2 + H2O
Asam yang digunakan adalah asam
sulfat encer, karena tidak bersifat oksidator, sehingga tidak bereaksi dengan
zat yang ditentukan dan juga tidak beroksidasi oleh kalium permanganat.
Bila menggunakan asam klorida
sebagai pengasam, sebagian klorida akan ikut teroksidasi menjadi klor dan
pemakaian kalium akan lebih dari seharusnya.
Reaksi kalium permanganate dengan
ion klorida
2MnO4- + 10Cl-
+ 18H+ -> 2Mn+2 + 5Cl2 + 4H2O
Pada awal titrasi reaksi kalium
permanganate berlangsung lambat, setelah terbentuk hasil reaksi (Mn+2)
reaksi berlangsung cepat, karena Mn+2 yang terbentuk mengkatalis
reaksi selanjutnya. Supaya reaksi dengan larutan kalium permanganate
berlangsung cepat, biasanya penitaran dilakukan sekitar 70°C.
Titrasi permanganimetri adalah
titrasi dengan menggunakan larutan kalium permanganat yang berwarna ungu.
Kalium permanganat merupakan zat baku sekunder karena kalium permanganat tidak
stabil, mudah terurai oleh cahaya dan mudah terurai oleh zat organik membentuk
MnO2. Reaksi kalium permanganat dengan zat organik terbilang sangat lambat
sehingga ketika membuat larutan kalium permanganat harus dipanaskan dan
disaring dengan glaswol atau kacamasir, pemanasan berfungsi mempercepat reaksi
permanganat dengan zat organik membentuk MnO2 yang mengendap berwarna coklat
berbentuk koloid (seperti lumpur) sehingga dalam pembuatannya ketika setelah
dipanaskan harus disaring terlebih dahulu agar bebas dari MnO2 ini. Jika
didalam larutan KMnO4 masih terdapat MnO2 maka konsentrasi permanganat seiring
berjalannya waktu makin berkurang (terurai). Oleh karenanya perlu dilakukan
standarisasi berkala.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
a. Erlenmeyer
b. Buret
c. Neraca digital
d. Gelas ukur
e. Pipet ukur
f. Pipet volume
2. Bahan:
a. Sampel air rawa
b. Larutan KMnO4 0,1 N
c. Larutan H2SO4 4 N
d. DHablur asam oksalat
D. PROSEDUR KERJA
1. Standarisasi larutan KMnO4
dengan bahan baku asam oksalat
a. Ditimbang dengan teliti 500 mg
hablur asam oksalat, dibilas dengan air suling kedalam labu ukur 100 ml,
dilarutkan dan diimpitkan hingga tanda batas.
b. Dipipet 25 ml larutan kedalam
erlenmeyer 250 ml, dibubuhi 25 ml larutan H2SO4 4 N dan diencerkan sampai 100
ml.
c. Kemudian larutan dipanaskan
hingga 70°C dan segera dititrasi dengan KMnO4 0,1 N (dalam keadaan panas)
sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menadi merah muda.
d.
Dilakukan percobaan secara duplo.
2. Penentuan kadar Fe (II) dalam
sampel
a.
Diambil 25 ml sampel air rawa dan 25 ml H2SO4 kedalam erlenmeyer 250 ml
dengan aquades yang telah dididihkan terlebih dahulu dan didinginkan kembali.
b. Kemudian dibubuhi 25 ml H2SO4 4
N dan dititrasi dengan KMnO4 sampai warna merah muda
E. HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi larutan KMnO4
dengan bahan baku asam oksalat:
V KMnO4 = 19,6 ml
Normalitas KMnO4 = mg asam
oksalat
fp x V x
63
= 500 mg .
100/25 x 19,6 x
63
= 0,1012 N
2. Penentuan kadar Fe (II) dalam
sampel air rawa
V KMnO4 = 0,1 ml
Kadar Fe(II) = V x N x 56 X 100%
mg sampel
= 0,1 x 0,1012 N x 56 X 100%
25
= 2,267%
3. Reaksi-reaksi
1. Reaksi saat standarisasi
larutan KMnO4 dengan bahan baku asam oksalat
Reduksi: MnO4- + 8H+
+ 5e -> Mn2+ + 4H2O
Oksidasi: H2C2O4 -> 2H+
+ 2CO2 + 2e
2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+
+ 2e -> 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
2. Reaksi saat penentuan kadar Fe
(II) dalam sampel air rawa:
5Fe2+ + MnO42-
+ 8H- -> 5Fe2+ + Mn2+ + 4H2O
F. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, pertama-tama
kita standarisasi larutan KMnO4 dengan asam oksalat terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan karena KMnO4 mudah rusak terutama jika terkena cahaya. Setelah
larutan dihomogenkan di labu ukur, lalu diambil 25 ml larutan dan ditambah 25
ml H2SO4 kedalam labu erlenmeyer. H2SO4 disini berfungsi sebagai pengasam,
tidak bereaksi dan hanya membantu. Kemudian larutan dipanaskan untuk
mempercepat reaksi dengan suhu 70°C dan dititrasi dengan KMnO4. Titrasi ini
tidak membutuhkan indikator, karena kelebihan kalium permanganat pada titrasi
bertindak sebagai indikator.
Selanjutnya kita menentukan kadar
Fe(II) dalam sampel air rawa. Kita mengambil 25 ml sampel air rawa ditambah 25
ml H2SO4 kedalam erlenmeyer. Larutan tersebut kemudian dididihkan dengan suhu
70°C lalu didinginkan beberapa saat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 70°C,
karena KMnO4 akan pecah menjadi KO2 dan MnO2. Terakhir, larutan dititrasi
dengan KMnO4 hingga berwarna merah muda.
G. KESIMPULAN
Dari pecobaan yang telah dilakukan
diperoleh kadar Fe (II) dalam sampel air rawa adalah sebesar 2,267%.
H. DAFTAR PUSTAKA
* https://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-analitik-dasar/laporan-titrasi-oksidasi-reduksi/
Diakses 20 Maret 2015
No comments:
Post a Comment