KIMIA
FISIKA oleh bapak Hajar Anuar,S.si
Selasa, 10 Februari 2015
*Sifat-sifat gas
Gas mempunyai sifat khusus yang
tidak dimiliki oleh zat cair maupun zat padat. Gas terbagi 3: padat, cair, gas.
*Tekanan
Didefinisikan sebagai daya yang
bekerja pada suatu bidang per satuan luas.
Tekanan = Gaya yang menekan / Luas
bidang tekan atau P = F/A
Macam-macam tekanan:
•Tekanan
Udara
Udara mempunyai berat sehingga
menimbulkan tekanan, untuk mengetahui tekanan udara alat yang digunakan adalah
barometer.
1 atm = 760 mmHg (76 cmHg)
= 760 ton
= 1,01325 x 165 Pa
•Tekanan
Gas
Besarnya tekanan gas dirumuskan P
gas = P atm + P Hg
Keterangan:
P gas = tekanan dalam sistem
P atm = tekanan udara luar
P hg = tinggi raksa sebelah kiri
ditekan kebawah raksa pada pipa terbuka naik
Sebaliknya bila P gas lebih kecil
dari P atm, raksa pipa terbuka akan turun dan yang disebelahnya akan naik
sebesar P hg.
P gas = P atm - P Hg
•Tekanan
zat cair
Tekanan suatu kolom berisi zat
cair, P = d g h
Dimana:
P = tekanan zat cair (Nm-2
atau Pa)
d = rapatan zat cair (kg.m-3)
g = percepatan gravitasi (Nkg-1
atau ms-2)
h = tinggi zat cair (m)
Jika pada kolom barometer
digunakan zat cair dari raksa (Hg), maka tekanan 1 atm dapat dinyatakan dalam
satuan Pascal (Pa).
Dimana,
Rapatan raksa (Hg) = 13,5951 x 10-3
kgm-3
Percepatan gravitasi (g) =
9,806665 Nkg-1
Tinggi raksa = 760 m = 0,76 m
1 atm = 1,01325 x 105
Pa
Jika digunakan zat cair selain
raksa, maka tinggi cairan yang ditunjukkan oleh kolom pada tekanan suhu yang
sama akan menghubungkan
dA hA = dB hB atau hB = hA x dA /
dB
Keterangan:
dA hA = rapatan dan tinggi cairan
A
dB hB = rapatan dan tinggi cairan
B
Contoh soal
1. Seorang perawat ingin
memberikan larutan infus garam ke tubuh seorang pasien melalui pembuluh darah
dalam lengan. Jika rapatan larutan 1000 kg/m3, tekanan darah dalam
pembuluh 2400 Pa. Berapa tinggi minimum botol infus harus digantung di atas
lengan pasien agar larutan garam dapat masuk ke tubuh pasien?
Jawab:
h = P/dg = 2400 Pa / 1000 kg/m3
x 9,8 ms-2
= 2400 / 9800
= 0,24489796 m
= 24 cm
2. Tekanan udara disuatu tempat
diukur dengan barometer raksa adalah 0,98 atm. Jika raksa diganti cairan
rapatan 1,15 g/cm3. Hitunglah tinggi cairan yang ditunjukkan oleh
kolom pada barometer (dHg = 13,6 g/cm3).
Jawab:
P = 0,98 atm
dcair = 1,15 g/cm3
dHg = 13,6 g/cm3
hHg = 0,98 x 0,76 m = 0,7448 m
Maka, h cairan = hHg. dHg/dcair
= 0.7448 m x
(13,6 g/cm3 / 1,15 g/cm3)
= 8,8 m
3. Suatu gas tertentu diukur
tekanannya menggunakan manometer terbuka yang berisi cairan dibutil falat (d =
1,047 g/cm3). Kolom yang dihubungkan dengan sistem gas ternyata
lebih rendah dari kolom terbuka dengan perbedaan tinggi 13 mm. Jika tekanan
atmosfer 760 mmHg, berapa tekanan gas tersebut?
Jawab:
hHB = hd. dD/dHg
= 13 mm x 1,047 g/cm3
13,6 g/cm3
= 1,0008 = 1 mmHg
Rabu, 11 Februari 2015
Hukum-hukum Gas:
1, Hukum Boyle
Kesimpulannya pada suhu tetap
volume dari jumlah tertentu gas berbanding terbalik dengan tekanannya.
V1/V2 = P1/P2
Contoh:
Sejumlah tertentu gas
diekspansikan dari tekanan 720 mmHg menjadi 618 mmHg pada suhu tetap. Jika
volume mula-mula 3,73 liter, hitunglah volume akhir gas!
Jawab:
P1xV1 = P2xV2
V2 = (P1xV1) / P2
= 720 mmHg x 3,73 liter
618 mmHg
= 4,3 liter
2. Hukum Gay Lussac
Pada tekanan tetap, volume suatu
gas berbanding lurus dengan suhu mutlak. Hubungan skala Celcius dengan skala
Kelvin dinyatakan sebagai K = °C
+ 273, K = suhu absolut/kelvin, °C
= suhu celcius.
Tekanan suatu gas dengan massa
tertentu berbanding lurus dengan suhu mutlak bila volume tidak berubah.
P1/T1 = P2/T2 atau P1/P2 = T1/T2
Contoh:
*Sebuah tangki baja berisi gas CO2
pada 27°C
dan tekanan 12 atm. Hitunglah tekanan gas dalam tangki bila suhu dinaikkan
menjadi 100°C!
Jawab:
T1 = 27°C + 273 = 300 K
T2 = 100°C + 273 = 373 K
P1 = 12 atm
P2 = ?
P1/T1 = P2/T2
12 atm/300 K = P2/373 K
P2 = (373 K x 12 atm) / 300 K
= 4,476 atm/K / 300 K
= 14,92 atm
*Suatu gas neon dalam suatu wadah
200 ml ada 100°C.
Jika diturunkan sampai 0°
pada tekanan tetap. Hitunglah volume akhir gas!
Jawab:
T1 = 100° C + 273 = 373 K
T2 = 0° C + 273 = 273 K
V1 = 200 ml
V2 = ?
V2 = V1 x (T2/T1)
= 200 x (273/373)
= 146,4 ml
Selasa, 17 Februari 2015
3. Hukum Gas Ideal
Kombinasi dalam suatu pernyataan
hukum Boyle, Charles, Gay Lussac, dan Avogardo dalam suatu persaman PV/NT = R
atau secara umum PV = nRT
Sehingga diperoleh, R = PV/NT =
(atm) (22,414 L) / (1mol) (0,08206 L atm mol-1 K-1)
Contoh soal:
* Gas SO2 dengan volume 5 L pada
18°C dan tekanan 1500 mmHg.
Hitunglah volume gas SO2 pada STP!
Jawab:
P1 = 1500 mmHg
V1 = 5 L
P2 = 760 mmHg
T1 = 18°C = 291 K
T2 = 0°C = 273 K
V2 = ?
V2 = V1 x (T2/T1)(P1/P2)
= 5 L x (273 K/291 K) (1500 mmHg/760 mmHg)
= 5 L x (0,93814) (1,97368)
= 9,25794 L
a. Berat molekul gas Ideal
Persamaan yang menghubungkan
langsung dengan berat molekul dapat diturunkan dari persamaan gas ideal
dihitung bila P, V, dan T berlaku [n = PV/RT] atau massa gas diketahui
[n = m / M] berat molekul (M)
dengan persamaan [m/M = PV/RT].
Contoh soal:
* Suatu sampel udara bervolume
1,29 L pada 18°C
dan 765 mmHg, mempunyai berat 2,71 gram. Hitunglah berat molekul efektif udara,
bila udara bersifat gas Ideal!
Jawab:
V = 1,29 L
T = 18°C = 291 K
P = 765 mmHg = 1,0065 atm
m/M = PV/RT
M = mRT/PV
= (2,71 gr) (0,08206 L atm mol-1 K-1)
(291 K)
(1,0065 atm) (1,29
L)
= 49,83 gr/mol
= 50 gr/mol
Rabu, 18 Februari 2015
Rapatan Gas
Didefinisikan sebagai perbandingan
massa gas terhadap volume pada suhu dan tekanan tertentu.
d = m/V dimana, d = rapatan gas (gr/L)
m = massa gas (gr)
V = volume gas (L)
Rapatan gas dapat dihitung dari
persamaan gas Ideal, yaitu:
PV = n R T
PV = m/M R T
m/V = PM/RT
d = m/V x PM/RT
Untuk gas Ideal pada keadaan yang
berlaku hubungan:
d2/d1 = V1/V2 atau d2/d1 =
(T2/T1)(P1/P2)
d1 = rapatan gas awal, d2 =
rapatan gas akhir
Contoh soal:
* Pada STP, rapatan oksigen adalah
1,43 gr/L. Tentukan rapatan oksigen pada suhu 17°C
dan tekanan 700 mmHg!
Jawab:
P1 = 760 mmHg P2 = 700 mmHg
T1 = 273 K T2 = 17°C
= 290 K
d2 = d1 (T1/T2) (P2/P1)
= 1,43 gr/L (273K/290K) (700 mmHg/760 mmHg)
= 1,24 gr/L
4. Hukum Dalton
Tekanan total suatu campuran gas
adalah jumlah tekanan parsial semua komponen.
Pt = Pa + Pb + Pc
Dimana, Pt = tekanan total gas
dalam campuran
Pa, Pb, Pc = tekanan parsial masing-masing gas
[Pt = nt Rt/ V]
nt = jumlah total gas dalam campuran
[Pi = Xi . Pt]
Xi = fraksi mol dari gas ke-i
Pi = perpindahan dari Pt
Xa + Xb + Xc + .... = 1
Xi = ni/nt = jumlah mol gas
ke-i/mol total gas dalam campuran
Tekanan parsial gas: [Pi = ni
RT/V]
Tekanan parsial dapat dihitung
berdasarkan hukum Dalton, yaitu;
[Ptotal = Pgas + PH2O] atau [Pgas
= Ptotal - PH2O]
Soal:
1) Sebuah bejana berkapasitas 10 L
mengandung 7 gram N2, 16 gram O2 pada suhu 27°C.
Hitunglah:
a. Fraksi mol masing-masing gas,
b. Tekanan total gas campuran,
c. Tekanan parsial gas.
2) Pengukuran selama 6 menit pada
metabolisme basal, seorang pasien menghembuskan udara 52,5 L yang diukur di
atas air pada 20°C
dan tekanan 750 mmHg. Tekanan uap air pada 20°C
sama dengan 17,5 mmHg. Setelah dianalisa, udara yang dikeluarkan mengandung
16,75% dan yang dihirup mengandung 20,32% volume oksigen kering. Bila kelarutan
oksigen dalam air diabaikan, hitunglah rata-rata yang dikonsumsi oleh pasien
dalam cm3 O2/menit pada STP!
3) 100 ml gas O2 dikumpulkan dalam
sebuah botol diatas air ada suhu 23°C
dan tekanan 800 mmHg. Tekanan uap air pada 23°C
sama dengan 21 mmHg. Hitunglah:
a. Tekanan parsial oksigen,
b. Jumlah mol oksigen,
c. Volume oksigen kering pada STP.
Selasa, 10 Maret 2015
Sifat-sifat larutan
Seperti rasa, warna, PH, dan
kekentalan tergantung pada jenis dan konsentrasi zat terlarut.
Sifat-sifat larutan terbagi dua:
1. Larutan non elektrolit
2. Larutan elektrolit
Larutan non elektrolit terbagi
menjadi 4 sifat:
1. Penurunan tekanan uap
Adalah selisih antara tekanan uap
pelarut murni dengan tekanan uap larutan. Pada suhu tertentu, tekanan uap
pelarut murni P°
atmosfir dan tekanan uap larutan P atm, dirumuskan sebagai berikut:
ΔP
= P° - P
Tekanan uap larutan ideal berlaku
Hukum Roult: P = x1 . P°
Karena X1 = (1 - x2) maka, P = (1
- x2)P°
=
P° - x2P°
ΔP = x2P°
atau x2 = ΔP
/ P°
Dimana, x1 dan x2 masing-masing
adalah fraksi mol pelarut zat terlarut.
ΔP
berbanding lurus dengan mol zat terlarut.
Contoh soal:
1. 68 gram gula (BM = 342)
dilarutkan dalam 1000 gr air pada 28°C,
Jika tekanan uap air ada 28°C
adalah 28,35 mmHg. Hitunglah;
A. Tekanan uap larutan,
B. Penurunan tekanan uap larutan
Jawab:
Mol air (n1) = 1000/18 = 55,56 mol
Mol gula = 68/342 = 0,19 mol
Mol total = 55,75
Fraksi mol air (x1) = n1/n1+n2 = 55,56.
= 0,996 mol
55,56 + 0,19
A. P = x1 . P°
= 0,996 mol . 28,35 mmHg
= 28,24 mmHg
B.
ΔP
= P° - P
= 28.35 - 28,24
= 0,11 mmHg
Rabu. 18 Maret 2015
Hukum Raoult:
Menurut Raoult, larutan encer yang
mengandung zat non volatil penurunan tekanan uap jenuh larutan sama dengan
hasil kali tekanan uap jenuh pelarut murni dengan fraksi mol zat terlarut,
sedangkan tekanan uap jenuh larutan sama dengan hasil kali tekanan uap jenuh
pelarut murni dengan fraksi mol zat perlarut.
ΔP
= P° - X ter
P = P° - X pel
Contoh soal:
Tekanan uap jenuh air pada 100°C adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap jenuh
larutan glukosa 18% pada 100°C?
Jawab:
Diket : T = 100°C
P°
= 760 mmHg
Gukosa = 18%
P = ......?
Massa glukosa = 18/100 x 100 = 18
gr
n pel = gr/Mr = 18/180 = 0,1 mol
Massa air = 100 - 18 = 82 gr
n ter = gr/Mr = 82/18 = 4,6 mol
P = P° . Xpel
= P°
. n pel
n ter + n pel
= 760 mmHg . 0,1
4,8 + 0,1
= 760 mmHg . 0,98
= 744,8 mmHg
Menghitung Mr berdasarkan ΔP
* Larutan 30 gr zat X dalam 171 gr
air mempunyai tekanan uap jenuh 28,5 mmHg. Pada suhu yang sama air murni
mempunyai tekanan uap jenuh 30 mmHg. Tentukan Mr zat X!
Jawab:
Diket: m. zat air = 30 gr
m air = 171 gr
P = 28,5 mmHg
P° = 30 mmHg
Ditanya: Mr?
Cara 1:
n pel = gr / Mr
= 171 / 18
= 9,5 gr / mol
ΔP
= P° - P
= (30 - 28,5) mmHg
= 1,5 mmHg
ΔP
= Xter . P°
1,5 mmHg = n ter
. P°
n ter + n pel
1,5 mmHg = n ter . 30
n ter + 9,5 mol
1,5 mmHg
= n ter .
30 n ter + 9,5 mol
30 ( n ter) = 1,5 mmHg ( n ter +
9,5 mol)
30 n ter = 1,5 n ter + 14,25 mol
30 n ter - 1,5 n ter = 14,25 mol
28,5 n ter = 14,25 mol
n ter = 14,25 mol / 28,5 mol
= 0,5
n = gr / Mr
Mr = gr / n
= 30 / 0,5
= 60 gr / mol
Cara 2:
n pel = gr / Mr
= 171 / 18
= 9,5 gr / mol
P = P° . X pel
X pel = P / P°
n pel / n pel + n ter = P / P°
9,5 / 9,5 + n ter = 28,5 / 30
9,5 . 30 = 28,5 (9,5 + n ter)
285 = 270,75 + 28,5 n
ter
285 - 270,75 = 28,5 n ter
14,25 = 28,5 n ter
n ter = 14,25 / 28,5
= 0,5
n = gr / Mr
0,5 = 30 / Mr
Mr = 30 / 0,5
= 60 gr / mol
Titik Didih dan Titik Beku Larutan
Telah diketahui bahwa penurunan
tekanan uap jenuh menyebabkan kenaikan titik didih larutan sehingga larutan
harus dipanaskan lebih tinggi dibandingkan pelarutnya.
ΔTb
= Tb lar - Tb pel
Tb lar = Tb pel + ΔTb
ΔTb
= Kb x m
Sebaliknya penurunan tekanan uap
jenuh menyebabkan penurunan titik beku larutan.
ΔTf
= Tf pel - Tf lar
Tf lar = Tf pel - ΔTf
ΔTf
= Kf x m
Contoh Soal:
Tentukan titik didih serta titik
beku larutan yang mengandung 18 gr Glukosa dalam 500 gr air.
Kb air = 0,52°C/molal, Kf air = 1,86°C/molal.
Jawab:
n glukosa = gr / Mr = 18 / 180 =
0,1 mol
m = n / kg pel = 0,1 mol / 0,5 kg
= 0,2 M
ΔTb
= Kb x m
= 0,52°C/molal
x 0,2 M
= 0,104°C
Tb lar = Tb pel + ΔTb
= (100°
+ 0,104°)
C
= 100,104°C
ΔTf
= Kf x m
= 1,86°C/molal
x 0,2 M
= 0,372°C
Tf lar = Tf pel - ΔTf
= (0°
- 0,372°)
C
= - 0,372°C
Rabu, 25 Maret 2015
1. Larutan elektrolit mempunyai
sifat koligatif lebih besar daripada larutan non elektrolit yang berkonsentrasi
sama karena larutan elektrolit dapat terurai menjadi ion-ionnya sedangkan
larutan non elektrolit tidak dapat terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian
sifat koligatif larutan dapat dibedakan atas sifat koligatif larutan non
elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
2. Diket:
Massa NaCl = 11,7 gr
Massa zat = 34,2 gr
p = 500 gr = 0,5 kg
i = 2
Kf = 1,86°C/m
ΔTf
= -1,86°C
Ditanya: Mr zat?
Jawab:
ΔTf
= Kf x m x i m
= n / p
-1,86°C = 1,86°C/m
x m x 2 0,5 m = n / 0,5 kg
m = 1,86°C
: 1,86°C/m
x 2 n = 0,5 mol/kg x 0,5 kg =
0,25 mol
= 0,5 m Mr = gr / n
= 34,2 gr / 0,25 mol = 136,8
gr/mol
3. Diket:
massa zat = 3 gr
* zat non elektrolit
p = 250 gr = 0,25 kg ΔTf = 1/2 ΔTf
NaCl
Mr Nacl = 58,5
= 1/2 x 0,372C = 0,186°C
p NaCl = 500 gr = 0,5 kg ΔTf = Kf x m
Ditanya: Mr zat non
elektrolit? 0,186°C = 1,86°C/m
x m
* NaCl
m = 0,186°C
/ 1,86°C/m
= 0,1 m
n = gr / Mr = 5,85 gr / 58,5
gr/mol = 0,1 mol n = m x p
m = n / p = 0,1 mol / 0,5 kg = 0,2
mol/kg = 0,1 mol/kg x 0,25
kg = 0,025mol
ΔTf
= Kf x m.
Mr = gr / n
= 1,86°C/m
x 0,2 m
= 3 gr / 0,025 mol
= 0,372°C
= 120 gr/mol
4. Diket :
V = 500 ml = 0,5 L
Massa = 17,1 gram
Mr gula = 342 gr/mol
T = 27°C + 273 = 300 K
R = 0,08205 L atm/mol K
Ditanya: ?
n = gr / Mr
= 17,1 gr / 342 gr/mol
= 0,05 mol
π
= M . R . T
= n / V . R . T
= 0,05 mol / 0,5 L . 0,08205 L atm /mol K . 300 K
= 2,4615 atm
5. Diket: p = 1 L
m = 0,1 mol
Mr glukosa = 180 gr/mol
Ditanya: P ?
Molal = gr/Mr x 1000/p
0,1 m = gr/180 x 1000/1
0,1 = 1000 gr / 180
gr = 0,1 / 5,55 = 0,018 gr
(terlarut)
1 gr - 0,018 gr = 0,982 gr
(pelarut)
n glukosa = gr / Mr X pel = n air = 0,054
mol
= 0,018 / 180 n glu + n air (0,0001 + 0,054) mol
= 0,0001 = 1 x 10 mol = 0,998
n air = gr / Mr P = P . X
pel
= 0,982 / 18 = 30 mmHg x 0,998
= 0,054 = 5,4 x 10 mol = 29,94 mmHg
6. Diket:
Mr Ba(NO3)2 = 261 gr/mol
n = 0,1 mol | i = 3
p = 500 gr = 0,5 kg
Kf air = 1,86°C/m
Kb air = 0,52°C/m
Ditanya: Tb? Tf?
Jawab:
m = n / p
= 0,1 mol / 0,5 kg = 0,2 m
ΔTb
= Kb x m x i
= 0,52°C/m
x 0,2 m x 3
= 0,312°C
Tb lar = (100 + 0,312)°C = 100,312°C
ΔTf
= Kf x m x i
= 1,86°C/m
x 0,2 m x 3
= 1,116°C
Tf lar = Tf pel - ΔTf
= 0°C
- 1,116°C
= -1,116°C
7. Diket:
Tb lar = 100,2C
Kf air = 1,86°C/m
Kb air = 0,52°C/m
Ditanya: Tf?
Jawab:
ΔTb
= Tb lar - Tb pel
ΔTf
= Kf x m
= 100,2°C
- 100°C = 0,2°C
= 1,86°C/m
x 0,3846 m
ΔTb
= Kb x m
= 0,715°C
0,2°C
= 0,52°C/m
x m Tf = Tpel - ΔTf
m = 0,2°C / 0,52°C/m
= 0,3846 m = (0 - 0,715)°C = -0,715°C
Sabtu, 28 Maret 2015
LARUTAN ASAM BASA
1. Teori Asam Basa Arrhenius
Asam jika dilarutkan kedalam air
akan menghasilkan ion H+, sedangkan basa jika dilarutkan kedalam air
menghasilkan ion OH-.
2. Teori Bronsted Lowry
Asam adalah suatu ion yang
berperan sebagai pemberi H+, sedangkan basa adalah suatu ion atau
molekul yang menerima H+.
H+ + NH3 -> NH4+
Asam Basa
BF3 + NH3 -> NH3BF3
3. Teori Asam Basa Lewis
Asam adalah senyawa yang mampu
menerima pasangan elektron atau akseptor, sedangkan basa adalah senyawa yang
dapat memberikan pasangan elektron atau donor pasangan elektron.
Hidrolisis Garam
Sifat garam dapat dijelaskan
dengan reaksi hidrolisis (reaksi dengan air). Dalam konsep ini garam yang
kationnya berasal dari basa lemah dan anionnya yang berasal dari asam lemah
maka jika bereaksi dengan air, kation akan menghasilkan ion H3O+
sedangkan anionnya menghasilkan ion OH-.
Contoh:
NaCl -> Na+ + Cl-
NaCH3COO -> Na+ +
CH3COO-
Na+ + H2O -> tidak
bisa
CH3COO- + H2O ->
CH3COOH + OH-
Reaksi hidrolisis senyawa berikut:
a. (NH4)2SO4 -> 2NH4+
+ SO42- (asam)
SO42- + H2O -> tidak
bisa
2NH4+ + H2O <=>
2NH3 + H3O
b. K2SO4 -> 2K+ +
SO42- (netral)
2K+ + H2O -> tidak
bisa
SO42- + H2O -> tidak
bisa
c. AlCl3 -> Al3+ +
3Cl- (netral)
Al3+ + H2O -> tidak
bisa
3Cl- + H2O -> tidak
bisa
d. NH4CN -> NH4+ +
CN- (basa)
NH4+ + H2O -> NH3 +
H3O
CN- + H2O -> HCN +
OH-
e. NaCN -> Na+ + CN-
Na+ + H2O -> tidak
bisa
CN- + H2O -> HCN +
OH-
Sabtu, 4 April 2015
4. Amonia + Asam -> Garam
alumunium
NH3 + HCl -> NH4Cl
NH3 + HCN -> NH4CN
2NH3 + H2SO4 -> (NH4)2SO4
5. Logam + Asam -> Garam + H2
2Na + 2HCl -> 2NaCl + H2
2Li + H2SO4 -> Li2SO4 + H2
2Li + 2H+ + SO42-
-> 2Li+ + SO42- + H2
2Li + 2H+ -> 2Li+
+ H2
6. Logam + Garam -> Logam lain
+ Garam lain
2Na + CuSO4 -> Cu + Na2SO4
2Na + Cu2+ + SO42-
-> Cu + 2Na+ + SO42-
2Na + Cu2+ -> Cu +
2Na+
7. Oksida asam + Oksida basa ->
Garam
CO2 + Na2O -> NaCO3
N2O5 + BaO -> Ba(NO3)2
•
Larutan Buffer
Larutan penyangga dibedakan atas
larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.
Larutan penyangga asam berfungsi
untuk mempertahankan PH pada daerah asam (PH < 7), sedangkan penyangga basa
berfungsi untuk mempertahankan PH pada daerah basa (PH > 7).
1. Larutan penyangga asam
Komponen penyusun larutan
penyangga asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-). HA -> H+ + A-
CH3COOH -> H+ + CH3COO-
As lemah Basa konjugasi
Contoh penyangga asam: CH3COOH
(aq) + CH3COONa (aq)
* 100 ml larutan CH3COOH 0,1 M
direaksikan dengan 50 ml larutan NaOH 0,1 M.
100 ml CH3COOH 0,1 M + 50 ml NaOH
0,1 M
0,1 M = 0,1 mol/L = 0,1 mmol/ml
mmol = V (ml) x M
•
CH3COOH = 100 ml x 0,1 mmol/ml
= 10 mmol
•
NaOH = 50 ml x 0,1 mmol/ml
= 5 mmol
CH3COOH +
NaOH -------> CH3COONa +
H2O
Mula
|
10 mmol
|
5 mmol
|
----------
|
-----------
|
Reaksi
|
- 5 mmol
|
- 5 mmol
|
+ 5 mmol
|
+ 5 mmol
|
Sisa
|
5 mmol
|
----------
|
5 mmol
|
5 mmol
|
2. Larutan penyangga basa
Komponen penyusun larutan
penyangga basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH+). Cara
membuat penyangga basa:
1) Mencampurkan basa lemah dengan
garamnya.
2) Mencampurkan suatu basa lemah
dengan asam kuat dimana basa lemahnya dicampur secara berlebih.
* 50 ml larutan NH3 0,2 M + 50 ml
larutan HCl 0,1 M.
•
NH3 = 50 ml x 0,2 mmol/ml
= 10 mmol
•
HCl = 50 ml x 0,1 mmol/ml
= 5 mmol
NH3 + HCl -----> NH4Cl
M
|
10 mmol
|
5 mmol
|
------------
|
R
|
- 5 mmol
|
- 5 mmol
|
+ 5 mmol
|
S
|
5 mmol
|
------------
|
5 mmol
|
Soal!
Periksalah campuran berikut
bersifat penyangga atau tidak.
a. 50 ml CH3COOH 0,1 M + 50 ml
Ca(CH3COO)2 0,1 M
b. 50 ml CH3COOH 0,1 M + 50 ml
NaOH 0,2 M
c. 50 ml NH3 0,2 M + 50 ml HCl 0,1
M
d. 50 ml H3PO4 0,1 M + 50 ml NaOH
0,1 M
No comments:
Post a Comment