Total Pageviews

Thursday, December 4, 2014

Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Cuka Tahu


PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA TAHU
BAB I
Tujuan:
-          Dapat menimbang dengan menggunakan timbangan biasa dan neraca digital
-          Dapat membedakan larutan standar primer dan larutan standar sekunder
-          Dapat membuat larutan NaOH dan asam oksalat
-          Dapat melakukan standarisasi larutan
-          Menentukan kadar asam asetat yang terdapat dalam asam cuka yang beredar di pasaran
BAB II
Dasar Teori
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemeberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam cuka memiliki rumus kimia yaitu CH3COOH, asam asetat murni (asam asetat glacial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Larutan CH3COOH dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi menurut reaksi:
CH3COOH                        H+ + CH3COO-
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industry yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilenaterftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industry makanan asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton/tahun. 1,5 juta ton/tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industry petrokimia maupun dari sumber hayati.Penentuan kadar cuka pada makanan dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi netralisasi dengan menggunakan indicator fenolftalein (PP). Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai  “titran” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai  “titer” dan biasanya diletakkan didalam “buret” . Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam atau basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya
dititrasi oleh larutan yang molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya pada titik akhir titrasi.Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan basa atau penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir titrasi atau “titik ekuivalen” (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
Pemilihan indikator yang tepat merupakan syarat utama saat titrasi.Jika indikator yang digunakan berubah warna pada saat titik ekiuvalen,maka titik akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH di mana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekuivalen.Indikator yang lebih dianjurkan yaitu fenolftalein (PP) karena memberikan perubahan warna yang lebih jelas yaitu warna merah muda dari yang tidak berwarna (trayek pH=8,2-10,0).
Pada saat titik ekuivalen proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.Dengan menggunakan data volume titrasi, volume dan konsentrasi titer maka dapat menghitung kadar titrasi.
BAB III
Alat dan Bahan
Alat:
1.      Erlenmeyer 3 buah 250 ml
2.      Buret 1 buah 50 ml
3.      Statif dan Klem
4.      Bola Penghisap
5.      Gelas Kimia 2 buah 250 ml
6.      Pipet Gondok 1 buah 10 ml
7.      Kertas Saring 1 buah
8.      Corong 1 buah
Bahan:
1.      Asam cuka tahu (sample) 10 ml
2.      Larutan NaOH 0,1 N 50 ml
3.      Indikator PP 3-4 tetes
4.      Vaselin
5.      Aquadest
BAB IV
Prosedur Kerja
1.      Disaring 10 ml larutan cuka tahu kedalam gelas  kimia menggunakan corong saring dan kertas saring,
2.      Diambil 10 ml larutan cuka tahu di pipet dengan menggunakan pipet gondok, masukkan kedalam gelas ukur,
3.      Disiapkan buret lalu isi dengan 50 ml NaOH 0,1 N
4.      Dimasukkan 10 ml larutan cuka tahu ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan bola hisap,
5.      Kemudian teteskan Indikator PP sebanyak 3-4 tetes,
6.      Erlenmeyer yang berisi larutan cuka tahu dititrasi dengan larutan NaOH, dihentikan saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda,
7.      Dicatat volume NaOH 0,1 N  yang digunakan dalam proses titrasi,
8.      Diulangi proses titrasi sebanyak tiga kali mencari rata-rata jumlah NaOH yang digunakan,
9.      Dihitung kadar asam asetat yang terdapat dalam asam cuka yang telah digunakan.
BAB V
Perhitungan
Rumus: V1 X N1 = V2 X N2
V1 = volume titrasi (ml)
N1 = normalitas titrasi
V2 = volume sampel (ml)
N2 = normalitas sampel
Tabel Pengamatan:
No
Titrasi ke
Volume Sampel
1
1
5 ml
2
2
4,8 ml
3
3
4,8 ml

V2 didapat dari rata-rata tabel pengamatan:
V2 =
      = 11,3

ð  V1 X N1 = V2 X N2
ð  10 X N1 = 11,3 X 0,1
ð  N1 =
ð  N1 =
ð  N1 = 0,113 X 4 tetes
ð  N1 = 0,452 m


BAB VI
Pembahasan
Pada percobaan yaitu mengenai penentuan kadar asam cuka dengan menitrasinya menggunakan larutan NaOH. Pertama-tama disaring 10 ml larutan cuka tahu kedalam gelas  kimia menggunakan corong saring dan kertas saring. Lalu, diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml kemudian asam cuka diambil sebanyak 10 ml yang kenmudian dimasukkkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 1 tetes indikator PP. larutan asam cuka tetap tidak berwarna dikarenakan larutan asam cuka bersifat asam sehingga penambahan indikator PP tidak mempengaruhinya.
Setelah itu dimasukkan larutan NaOH sebanyak 50 ml ke dalam buret. Kemudian NaOH yang berada di dalam buret ditetesi sedikit demi sedikit ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan asam cuka, dan terjadi perubahan warna menjadi merah muda karena titik akhir titrasinya telah tercapai .
Adapun yang diamati dalam percobaan kali ini adalah volume larutan NaOH yang digunakan dalam proses titrasi larutan asam cuka dimana volume larutan yang digunakan untuk menghitung kadar larutan asam cuka. Pada percobaan ini dilakukan tiga kali proses titrasi dan volume NaOH yang dipakai sebanyak 5 ml. Jadi, titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya (larutan standar).
BAB VII
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan:
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan percobaan ini adalah sbb:
1.      Standarisasi larutan bertujuan untuk menentukan konsentrasi dari larutan standar
2.      Pada penentuan konsentrasi NaOH didapatkan normalitas NaOH sebesar 0,1 N, sedangkan pada penentuan konsentrasi asam asetat didapat normalitas asam asetat sebesar 0,452 N
3.      Perbedaaan hasil titrasi disebabkan oleh:
a.      Perubahan skala buret yang tidak konstan
b.      Dalam produksi cuka tidak sesuai dengan label yang disiratkan pada label
c.       Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indicator.
Saran:
Demikian laporan ini saya susun, dan dalam laporan ini saya merasa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang dapat membangun perbaikan laporan ini dan sedikit banyaknya saya ucapkan terima kasih.

BAB VIII
Daftar Pustaka




No comments: