“PENENTUAN VISCOSITAS MINYAK BUMI
MENGGUNAKAN ALAT VISCOMETER”
I. TUJUAN
1.1
Menentukan
viscositas cairan dengan Oswald.
1.2
Mempelajari
pengaruh suhu terhadap viscositas cairan.
II.DASAR
TEORI
Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari
diberikannya tekanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas
gas meningkat dengan suhu tetapi, viskositas cairan berkurang dengan naiknya
suhu.
Perbedaan dalam kecenderungan terhadap suhu tersebut dapat diterangkan dengan menyimak penyebab-penyebab viskositas. Tahanan suatu fluida terhadap tegangan geser tergantung pada kohesinya dan pada laju perpindahan momentum molekularnya. Kohesi nampaknya merupakan penyebab utama viskositas dalam cairan, dan karena kohesi berkurang dengan naiknya suhu, maka demikian pula viskositas. Sebaliknya gas mempunyai gaya-gaya kohesi yang sangat kecil. Sebagian besar dari tahanannya terhadap tegangan geser merupakan akibat perpindahan momentum molekular. (Sukardjo, 2002)
Perbedaan dalam kecenderungan terhadap suhu tersebut dapat diterangkan dengan menyimak penyebab-penyebab viskositas. Tahanan suatu fluida terhadap tegangan geser tergantung pada kohesinya dan pada laju perpindahan momentum molekularnya. Kohesi nampaknya merupakan penyebab utama viskositas dalam cairan, dan karena kohesi berkurang dengan naiknya suhu, maka demikian pula viskositas. Sebaliknya gas mempunyai gaya-gaya kohesi yang sangat kecil. Sebagian besar dari tahanannya terhadap tegangan geser merupakan akibat perpindahan momentum molekular. (Sukardjo, 2002)
Perilaku zat cair terutama air banyak dipelajari dalam
bidang teknik sipil, sedangkan gas banyak dipelajari dalam bidang teknik mesin,
kimia, aeronotika dan sebagainya. Zat cair mempunyai beberapa sifat berikut
ini:
·
Apabila
ruangan lebih besar dari volume zat cair, akan terbentuk permukaan bebas
horizontal yang berhubungan erat dengan atmosfer.
·
Mempunyai
rapat massa dan berat jenis.
·
Dapat
dianggap tidak termampatkan.
·
Mempunyai
kohesi, adhesi dan tegangan permukaan.
·
Mempunyai
viskositas/kekentalan. (Wylie, 1992)
Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan
suatu cairan atau fluida. Didalam Satuan Internasional (SI), satuan viskositas
adalah Nsm-2
(kgm-1s-1)
atau Pa s (Pascal sekon). Satuan ini disebut Poise diberi simbol P (1 Poise =
0,1 Pa S). Ini merupakan penghargaan kepada ilmuwan Perancis, “Poisseuille”
yang menurunkan rumus penentuan viskositas dan metode untuk menentukan
viskositas larutan. Satuan viskositas lain adalah centipoise (1/100 poise) dan
milipoise (1/1000 poise). (Yazid, 2005)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi viskositas, yaitu:
·
Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya
tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
·
Temperatur
Viskositas cairan akan turun dengan naiknya
temperatur, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya temperatur.
·
Kehadiran
zat lain
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi
menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin, adanya penambahan air
akan menyebabkan viskositas turun karena akan semakin encer, waktu alirnya pun
akan semakin cepat.
·
Ukuran
dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul.
Larutan minyak misalnya CPO memiliki kekentalan tinggi serta laju aliran lambat
sehingga viskositas juga tinggi.
·
Bentuk
molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap
semakin tinggi.
·
Kekuatan
antar molekul
Viskositas air naik dengan adanya ikatan
hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan
yang sama.
·
Konsentrasi
Untuk suatu larutan, viskositasnya bergantung
pada konsentrasi atau kepekatan larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya
tinggi, viskositasnya juga tinggi dan sebaliknya. (Sukardjo, 2002)
2.2
Viskometer
Oswald
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju alir cairan
yang melalui tabung berbentuk silinder yang disebut viskometer. Cara ini
merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik dalam
cairan maupun gas. Pada viskometer Oswald, yang diukur adalah waktu yang
dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler
dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan
sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalkan 10 cm3, bergantung
pada ukuran viskometer) dipipet kedalam viskometer. Cairan kemudian dihisap
melalui labu pengukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari
batas atas. Cairan kemudian dibiarkan turun. Cairan kemudian dihisap melalui
labu pengukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas
atas. Cairan kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun melewati
batas atas, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas bawah,
stopwatch dimatikan. Jadi, waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak
antara batas atas dan batas bawah dapat ditentukan. (Bird, 1993)
2.3
Oli
Semua jenis oli pada dasarnya sama, yakni sebagai bahan
pelumas agar mesin berjalan mulus dan bebas gangguan. Sekaligus berfungsi
sebagai pendingin dan penyekat. Oli mengandung lapisan-lapisan halus, berfungsi
mencegah terjadinya benturan antar logam dengan logam komponen mesin seminimal
mungkin mencegah goresan atau keausan. Jenis-jenis pelumas/oli dapat dilihat
dari bahan yang digunakan. Berikut adalah jenis-jenis oli:
·
Oli
mineral, berasal dari hasil penyulingan.
·
Oli
sintetik, berasal dari campuran kimia.
Oli samping digunakan pada motor 2 tak (mesin pembakaran
dalam yang dalam satu siklus pembakaran akan mengalami dua langkah piston).
Sedangkan oli mobil dilengkapi bahan yang masuk kategori frictrum modifier atau
sejenis aditif. Standarisasi minyak pelumas untuk mesin kendaraan bermotor pertamakali
dilakukan oleh Society of Automotive Engineering (SAE) pada tahun 1911 dengan kode SAE J300.
SAE mempengaruhi kekentalan dari suatu minyak pelumas. Bila pada kemasan oli
tersebut tertera angka SAE 5W-30 berarti 5W (Winter) menunjukkan pada suhu
dingin, oli bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada
kekentalan 30. Sebagai contoh dibawah ini adalah tipe viskositas dan ambien
temperatur dalam derajat celcius yang biasa digunakan sebagai standar oli di
berbagai negara dan kawasan.
·
5W-30
untuk cuaca dingin seperti di Swedia.
·
10W-30
untuk iklim sedang seperti di kawasan Inggris.
·
15W-30
untuk cuaca panas seperti di kawasan Indonesia. (Ridwan, 1999)
3.1
Alat
3.1.1 Satu set alat viskometer Oswald 1 buah
3.1.2 Gelas kimia 100 ml 3 buah
3.1.3 Termometer 1 buah
3.1.4 Piknometer 10 ml 1 buah
3.1.5 Piknometer 25 ml 1 buah
3.1.6 Stopwatch 1 buah
3.1.7 Ember kecil 1 buah
3.1.8 Bola hisap 1 buah
3.2
Bahan
3.2.1 Oli mobil
3.2.2 Oli samping
3.2.3 Aquades
3.2.4 Es batu
IV. PROSEDUR KERJA
IV. PROSEDUR KERJA
4.1 Ditentukan densitas zat cair yang akan ditentukan
viskositasnya dengan piknometer.
4.2 Dimasukkan zat cair tersebut kedalam viskometer
Oswald.
4.3 Disedot hingga batas yang paling atas.
4.4 Dipasang stopwatch, mulai saat zat cair turun dari
tanda batas itu dan berhenti saat zat cair berada di tanda batas bagian
bawahnya.
4.5 Dicatat berapa lama zat cair itu turun.
4.6 Diulangi sampai 3 kali.
4.7 Diulangi dengan zat lain.
V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
5.1
Data
Pengamatan
5.1.1
Penentuan
berat jenis larutan dan viscometer Oswald
Tabel 1. Data Pengamatan densitas 16°C
Zat
/ Bahan
|
Berat
piknometer kosong
(g)
|
Berat
piknometer + larutan
(g)
|
Berat
larutan
(g)
|
Volume
piknometer
(ml)
|
Massa
jenis larutan
(berat
larutan / volume)
(gr/ml)
|
Oli
mobil
|
15,0145
|
24,3081
|
9,2936
|
10
|
0,92936
|
Oli
samping
|
15,0145
|
23,8536
|
8,8391
|
10
|
0,88391
|
Aquades
|
28,4412
|
53,6355
|
25,1943
|
25
|
1,00777
|
Tabel 2. Data Pengamatan densitas 28°C
Zat
/ Bahan
|
Berat
piknometer kosong
(g)
|
Berat
piknometer + larutan
(g)
|
Berat
larutan
(g)
|
Volume
piknometer
(ml)
|
Massa
jenis larutan
(berat
larutan / volume)
(gr/ml)
|
Oli
mobil
|
15,0145
|
24,0802
|
9,0657
|
10
|
0,90657
|
Oli
samping
|
15,0145
|
23,7987
|
8,7842
|
10
|
0,87842
|
Aquades
|
28,4412
|
53,3569
|
24,9157
|
25
|
0,99663
|
Tabel 3. Data Pengamatan densitas 80°C
Zat
/ Bahan
|
Berat
piknometer kosong
(g)
|
Berat
piknometer + larutan
(g)
|
Berat
larutan
(g)
|
Volume
piknometer
(ml)
|
Massa
jenis larutan
(berat
larutan / volume)
(gr/ml)
|
Oli
mobil
|
15,0145
|
23,9303
|
8,9158
|
10
|
0,89158
|
Oli
samping
|
15,0145
|
23,3705
|
8,3560
|
10
|
0,83560
|
Aquades
|
28,4412
|
53,2623
|
24,8211
|
25
|
0,99284
|
Tabel 4. Data Pengamatan Viscometer Oswald
No
|
Zat
/ Bahan
|
Waktu
(s)
|
||
16°C
|
28°C
|
80°C
|
||
1
|
Oli
mobil
|
40,38
|
46,23
|
25,39
|
2
|
Oli
samping
|
25,17
|
5,18
|
3,11
|
3
|
Aquades
|
2,45
|
2,42
|
1,86
|
5.2
Perhitungan
5.2.1
Menghitung
densitas
1.
Densitas
air
a.
Densitas
air pada suhu 16°C
Massa / volume = 25,1943 gram / 25 ml
= 1,00777 gram/ml
b.
Densitas
air pada suhu 28°C
Massa / volume = 24,9157 gram / 25 ml
= 0,99663 gram/ml
c.
Densitas
air pada suhu 80°C
Massa / volume = 24,8211 gram / 25 ml
= 0,99284 gram/ml
2.
Densitas
oli mobil
a.
Densitas
oli mobil pada suhu 16°C
Massa / volume = 9,2936 gram / 10 ml
= 0,92936 gram/ml
b.
Densitas
oli mobil pada suhu 28°C
Massa / volume = 9,0657 gram / 10 ml
= 0,90657 gram/ml
c.
Densitas
oli mobil pada suhu 80°C
Massa / volume = 8,9158 gram / 10 ml
= 0,89158 gram/ml
3.
Densitas
oli samping
a.
Densitas
oli samping pada suhu 16°C
Massa / volume = 8,8391 gram / 10 ml
= 0,88391 gram/ml
b.
Densitas
oli samping pada suhu 28°C
Massa / volume = 8,7842 gram / 10 ml
= 0,87842 gram/ml
c.
Densitas
oli samping pada suhu 80°C
Massa / volume = 8,3560 gram / 10 ml
= 0,83560 gram/ml
5.2.2
Menghitung
viscositas air
y=ax+b, y=viskositas, x=suhu
1.
µ
air pada suhu 16°C (289 K)
y=3.10-5 x - 0,0072
=3.10-5 (289)
- 0,0072
=0,00147 Ns/m2 | 10 poise/1 Ns/m2 = 0,0147 poise
Jadi, µ air pada suhu 16°C adalah 0,0147 poise.
2.
µ
air pada suhu 28°C (301 K)
y=2.10-5 x - 0,0044
=2.10-5 (301)
- 0,0044
=0,00162 Ns/m2 | 10 poise/1 Ns/m2 = 0,0162 poise
Jadi, µ air pada suhu 28°C adalah 0,0162 poise.
3.
µ
air pada suhu 80°C (353 K)
y=4.10-6 x + 0,0019
=4.10-6 (353)
+ 0,0019
=0,003312 Ns/m2 | 10 poise/1 Ns/m2 = 0,03312 poise
Jadi, µ air pada suhu 80°C adalah 0,03312 poise.
5.2.3
Menghitung
viscositas sampel
= (ρ sampel . t sampel . µ air 16°C) / (ρ air . t air)
= (0,92936 gr/ml . 40,38 s . 0,0147
poise) / (1,00777 gr/ml . 2,45 s)
= 0,5516 poise / 2,469 = 0,2234 poise
2.
µ
oli mobil pada suhu 28°C
= (ρ sampel . t sampel . µ air 28°C) / (ρ air . t air)
= (0,90657 gr/ml . 46,23 s . 0,0162
poise) / (0,99663 gr/ml . 2,42 s)
= 0,6789 poise / 2,4118 = 0,2814 poise
3.
µ
oli mobil pada suhu 80°C
= (ρ sampel . t sampel .
µ air 80°C) / (ρ air . t air)
= (0,89158 gr/ml . 25,39 s . 0,03312 poise) / (0,99284
gr/ml . 1,86 s)
= 0,7497 poise / 1,8466 = 0,4059 poise
4.
µ
oli samping pada suhu 16°C
= (ρ sampel . t sampel .
µ air 16°C) / (ρ air . t air)
= (0,88391 gr/ml . 25,17 s . 0,0147 poise) / (1,00777
gr/ml . 2,45 s)
= 0,3270 poise / 2,4690 = 0,1324 poise
5.
µ
oli samping pada suhu 28°C
= (ρ sampel . t sampel .
µ air 28°C) / (ρ air . t air)
= (0,87842 gr/ml . 5,18 s . 0,0162 poise) / (0,99663
gr/ml . 2,42 s)
= 0,0437 poise / 2,4118 = 0,0305 poise
6.
µ
oli samping pada suhu 80°C
= (ρ sampel . t sampel .
µ air 80°C) / (ρ air . t air)
= (0,83560 gr/ml . 3,11 s . 0,03312 poise) / (0,99284
gr/ml . 1,86 s)
= 0,0860 poise / 1,8466 = 0,0465 poise
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini pertama-tama
dilakukan pengukuran massa jenis masing-masing zat yang akan dicobakan yaitu
aquades, oli mobil dan oli samping dengan suhu 16°C, 28°C dan 80°C. Untuk suhu
80°C, semua sampel zat cair yang telah dimasukkan kedalam gelas kimia diletakkan
dalam alat waterbath serta dicek suhunya dengan termometer. Untuk suhu 16°C dan
28°C, sampel zat cair tersebut dimasukkan kedalam ember kecil berisi air dan es
batu untuk menurunkan suhunya. Percobaan ini dilakukan dengan menimbang
piknometer kosong yang bertujuan untuk mengetahui massa piknometer kosong dan
massa sampel ketika dimasukkan kedalam piknometer. Saat pengisian kedalam
piknometer tidak boleh terdapat gelembung karena akan mempengaruhi hasil
penimbangan. Dari hasil diketahui bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa
jenis larutan. Semakin tinggi suhu maka semakin kecil massa jenis larutannya
dan begitu pula sebaliknya. Pada percobaan selanjutnya, zat cair yang telah
ditentukan massa jenisnya dimasukkan kedalam viskometer dengan mengusahakan
agar tidak ada gelembung dalam viskometer. Hal ini bertujuan agar aliran
viskometer tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan mengakibatkan waktu
yang diperoleh tidak sesuai dengan waktu seharusnya.
Pada percobaan ini, digunakan dua
jenis larutan yaitu oli mobil dan oli samping dengan variasi suhu yang berbeda.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas zat cair.
Aquades digunakan sebagai pembanding karena sudah memiliki ketetapan untuk
nilai viskositasnya. Prinsip dari viskometer oswald adalah sejumlah tertentu
cairan dimasukkan hingga tanda batas kemudian berhenti saat zat cair berada di
tanda batas bagian bawahnya. Kemudian dicatat waktu yang diperlukan zat cair
untuk turun. Proses ini dilakukan secara triplo. Dari hasil analisis diatas,
diperoleh hasil bahwa semakin tinggi suhu larutan maka koefisien viskositasnya
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena pada suhu tinggi, gerakan partikel
dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya menurun.
VII. KESIMPULAN
VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu berbanding lurus dengan
viskositas, semakin tinggi suhunya maka akan semakin tinggi juga viskositasnya.
Serta suhu berbanding terbalik dengan densitas, semakin tinggi suhunya maka
akan semakin rendah densitasnya.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Bird, T. 1993. Kimia
Fisika Untuk Universitas. Cetakan ke-2. Jakarta : PT. Gramedia Pusaka
Utama.
Ridwan. 1999. Mekanika
Fluida Dasar. Jakarta.
Sukardjo. 2002. Kimia
Fisika. Cetakan ke-3. Jakarta : Rineka Cipta.
Wylie, EB. 1992. Mekanika
Fluida. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Yazid, E. 2005. Kimia
Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
No comments:
Post a Comment